tag:blogger.com,1999:blog-44566590432609236472024-03-18T20:48:02.347-07:00Catatan KoassistensiKumpulan Koassistensi Kedokteran Hewan--=<(vonzho)>=--http://www.blogger.com/profile/05439934374165324016noreply@blogger.comBlogger7125tag:blogger.com,1999:blog-4456659043260923647.post-8615558509868662112011-07-25T10:50:00.000-07:002011-09-13T01:50:38.363-07:00Colibacillosis<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div style="text-align: justify;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhREVBf7XQckxk0inEkO8e2L4WiQ6LWEo28XrpUGnAsmYTmD7c1OaTXqfneomYC0KK0dY6do5CRkCE8SD2Yo7AJCqyDt0s63Jr1PTfnaur3Qqwj3L6P5Zutb3j_e7K7__p12x9SXHaX318/s1600-h/colibacillosis2.jpg"><img alt="" border="0" height="150" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5434922004625524354" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhREVBf7XQckxk0inEkO8e2L4WiQ6LWEo28XrpUGnAsmYTmD7c1OaTXqfneomYC0KK0dY6do5CRkCE8SD2Yo7AJCqyDt0s63Jr1PTfnaur3Qqwj3L6P5Zutb3j_e7K7__p12x9SXHaX318/s200/colibacillosis2.jpg" style="float: left; height: 171px; margin: 0pt 10px 10px 0pt; width: 228px;" width="200" /></a>Bakteri coliform terutama escherichia coli, merupakan bakteri yang normal hidup pada saluran pencernaan dan normal terdapat banyak dilingkungan peternakan ayam. E. coli menyerang ayam pada berbagai tingkatan umur. Pada periode akhir penetasan sering ditemukan embrio mati sebelum menetas. Pada anak ayam umur sampai 3 minggu menyebabkan kematian dengan gejala: omphalitis, jaringan sekitar pusar menjadilembek seperti bubur dan oedema. Sedangkan pada ayam dara (8-10) minggu menyebabkan gangguan pernapasan disertai bersin, anemia dan kekurusan yang bisa menimbulkan kematian sebesar 1-2 %.<br />
<a name='more'></a><br />
Infeksi E. coli dapat sebagai injfeksi sekunder mengikuti serangan penyakit yang lain. Infeksi sekunder biasanya setelah terjadi serangan penyakit lain (IB, ILT, CRD dan ND bentuk pernapassan). Kondisi stres dan kandang yang berdebu merupakan faktor pemicu serangan colibacillosis.<br />
<br />
<br />
<span style="font-weight: bold;">Penyebab Penyakit.</span><br />
Escerichia Coli adalah suatu Gram negatif yang tidak tahan terhadap asam, berbentuk batang, tidak membentuk spora dan dapat bergerak. E.coli merupakan bakteri yang normal dalam saluran pencernaan mamalia dan unggas, khususnya diusus bagian belakang. Sebagian besar merupakan galur non-patogenik(tidak menyebabkan penyakit), sedangkan serotipe yang patogen sekitar 10-15%. Bakteri ini akan dikeluarkan dari tubuh bersama feses dalam jumlah besar. E.coli tahan diluar tubuh ayam selama beberapa minggu tetapi tidak tahan terhadap kekeringan dan desinfektan.<br />
<br />
<span style="font-weight: bold;">Gejala penyakit</span><br />
Infeksi colibacillosis bisa bersifat lokal atau sistemik dengan berbagai bentuk.<br />
<br />
<span style="font-weight: bold;">Bentuk Infeksi Lokal Collibacillosis</span>:<br />
<ol><li>Omphalitis<br />
merupakan peradangan pada pusar.Infeksi ini terjadi karena kontaminasi pusar oleh jenis bakteri E.coli yang ganas. Telur yang terkontaminasi feses merupakan sumber utama terjadinya omphalitis. Bakteri masuk secra in ovo (melalui telur), jika induk ayam mengalami oophoritis (radang pada ovarium) atau salpingitis (radang pada saluran telur). Selain itu bakteri E.coli juga dapat mencemari telur melalui peralatan yang terkontaminasi bakteri. Omphalitis dapat juga terjadi dari translokasi (perpindahan) bakteri dari usus ayam atau aliran darah. Untuk kasus infeksi cara ini, pusar mungkin tidak terjadi perubahan. Embrio ayam dapat mengalami kematian sebelum atau setelah menetas. Pusar tampak membuka, basah dan kemerahan. Yolk sac (kuning telur) belum terserap, encer dan berbau busuk.</li>
<li>Cellulitis<br />
peradangan dibawah kulit atau cellulitis, biasanya terjadi pada unggas dengan penyebab yang bermacam-macam, tetapi kebanyakan karena infeksi, E.coli. Kejadian cellulitis akut atau sub akut yang melinatkan perubahan pada periorbhital da jaringan subkutan di daerah kepala dapat memicu terjadinya penyakit Swollen Head Syndrome (SHS).</li>
<li>Diare<br />
Jenis bakteri E.coli patogen yang bersifat enterotoxigenic (ETEC) akan menyebabkan terbentuknya akumulasi cairan diusus sehinga ayam akan mengalami diare (usus mengalami peradangan/enteritis). Enteritis ini akibat infeksi E.coli primer maupun sekunder. Infeksi sekunder terjadi akibat bakteri e.coli meninfeksi usus yang telah rusak akibat penyakit-penyakit yang lain. msalnya kosidiosis atau helminthiasis. Pada keadaan ini E.coli akan memperberat dari penyakit primernya.</li>
<li>Salpingitis<br />
merupakan peradangan pada saluran telur/oviduk yang akan mengakibatkan penurunan produksi telur dan kematian secara sporadis pada ayam dewasa. Colibacillosis bentuk ini banyak ditemukan pada ayam petelur menjelang periode bertelur ataupun selama masa produksi. Salpingitis kadang dikelirukan dengan kasus telur yang tertahan di oviduk. Salpingitis terjadi akibat perpindahan bakteri E.coli dari kloaka ke Oviduk atau melalui kantung udara (air sacculitis). Salpingitis yang terjadi akibat perpindahan bakteri E.coli melalui kantung udara banyakk terjadi pada ayam umur muda dan merupakan infeksi sitemik.</li>
</ol>Bentuk infeksi sistemik Colibacillosis (Colisepticemia). Bakteri E.coli masuk dalam sirkulasi darah, menginfeksi berbagai jaringan melalui luka pada usus atau saluran pernapasan.<br />
<ol><li>Colisepticemia bentuk pernapasan.<br />
Merupakan bentik Colisepticemia yang sering terjadi. Bakteri E.coli masuk dalam sirkulasi darah melalui kerusakan mukosa saluran pernapasan akibat agen infeksi maupun non infeksi. Faktor predisposisi terjadinya colisepticemia yaitu: Infeksi IB, ND, mycoplasma, kandungan amonia dalam kandang yang tinggi. Perubahan menyolok dar Colisepticemia bentuk pernapasan adalah pada jaringan saluran pernapasan (trakea, paru-paru dan kantung udara), pericardium dan peritoneum.</li>
<li>Neonatal colisepticemia<br />
Anak ayam peka terhadap infeksi neonatal colisepticemia pada umur 1-2 hari setelah menetas. Kematian terjadi sampai umur 1-2 hari setelah menetas. Kematian terjadi sampai umur 2-3 minggu dengan total kematian 10-20%. Kurang lebih 5 % dari kelompok anak ayam ini akan mengalami gangguan pertumbuhan.<br />
Jika bakteri E.coli tidak terkontrol, dapat terlokalisasi di tempat-tempat yang kurang terlindungi, yaitu: otak, mata, jaringan synoval(persendian,tendon, bursa sternalis) dan tulang.</li>
<li>Panopthalmitis<br />
Perpindahan bakteri E.coli ke mata merupakan hal yang jarang terjadi. Mata akan membengkak, bola mata nampak berawan dan buram, dimana perubahan ini diawali dengan kemerahan pada mata. Bentuk akhir dari infeksi ini mata akan atropi dan ayam mengalami kebutaan.</li>
<li>Meningitis.<br />
Bakteri E.coli di otak akan menyebabkan peraddangan pada otak (meningitis) yang di unggas lebih dikenal dengan istilah enchepalitis.</li>
<li>coligranuloma.<br />
ditandai dengan bungkul-bungkul pada hati, sekum, duodenum dan penggantung usus. bentuk colibacillosis ini dapat menyebabkan kematian sampai 75%</li>
</ol><span style="font-weight: bold;">Penularan Penyakit</span><br />
Penularan penyakit terjadi secara vertikal dan horizontal. Penularan secara vertikal terjadi melalui saluran reproduksi induk ayam, yaitu melalui ovarium atau oviduk yang terinfeksi. Telur yang menetas akan menghasilkan DOC yang tercemar bakteri E.coli.<br />
Penularan horizontal terjadi secara kontak langsung dengan ayamsakit atau secra tidak langsung melalui kontak dengan bahan/peralatan kandang yang tercemar. Penularan biasanya terjadi secara oral melalui ransum / air minum yang terkontaminasi bakteri melalui saluran pernapasan bersama debu diudara.<br />
Larva dan kumbang hitam dewasa (Alphitobius diaperanus) berperan menularkan dan menyebarkan bakteri E.coli antar kandang atau peternakan. Cara penularan adalah ayam makan larva/kumbang dewasa atau akibat ayam kontak dengan feses kumbang yang tercemar bakteri E.coli.<br />
<br />
<span style="font-weight: bold;">Pencegahan</span><br />
<ol><li>Sanitasi kandang</li>
<li>Pengelolaan yang baik</li>
<li>Peralatan peternakan dicuci dengan bersih</li>
<li>Cek kualitas air minum peternakan terhadap adanya bakteri coliform dan E.coli.</li>
</ol><span style="font-weight: bold;">Pengobatan</span><br />
Berikan Antibiotik</div><br />
Read more: <a href="http://centralunggas.blogspot.com/2010/10/colibacillosis.html#ixzz1T8m1vUue" style="color: #003399;">http://centralunggas.blogspot.com/2010/10/colibacillosis.html#ixzz1T8m1vUue</a></div>--=<(vonzho)>=--http://www.blogger.com/profile/05439934374165324016noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-4456659043260923647.post-63267728890928379802011-07-25T10:47:00.000-07:002011-09-13T01:43:57.382-07:00Lipeurus caponis<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div id="lifecycle" title="Life Cycle"><div style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"> <img height="150" src="http://vetpda.ucdavis.edu/parasitolog/Images/LC_640/Lipeurus_caponis.jpg" width="200" /> </div><div style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;">Lice undergo an incomplete metamorphosis which takes place entirely on the host within a period of 3-5 weeks. The eggs, commonly called "nits", are glued to the feathers of the host. The young lice develop through several nymphal stages, during which they look like small, pale adults. Nymphs and adults are transmitted from one animal to another primarily by direct host contact. </div><a name='more'></a><br />
<div style="text-align: left;"></div><div style="text-align: left;"><b><u>Lipeurus caponis</u></b></div><div id="summary" title="Summary"><div class="summaryHostText"><b>Type:</b> Chewing Lice</div><div class="summaryHostText"><b>Zoonotic:</b> No</div><div class="summaryHostText"><b>Definitive Hosts:</b> Birds</div><b>Inf Site:</b> Skin (Epidermis)<br />
<b>Dx Tech:</b> Direct Observation<br />
<b>Dx Stage:</b> Adult with 6 Legs, Nymph with 6 Legs, Eggs("nits") on Hairs<br />
<br />
</div><br />
</div><div id="taxonomy" title="Taxonomy"><h2>Lipeurus caponis</h2>Phylum Arthropoda <br />
Class Insecta <br />
Order Mallophaga <br />
Suborder Ischnocera </div><div id="diagnosis" title="Diagnosis"><h2>Lipeurus caponis</h2>Careful examination of the underside of the wing feathers of infested animals will reveal the slender, long lice and their eggs. Restlessness and anemia are two of the most outstanding clinical signs that should suggest pediculosis. Chewing lice are small (up to 3 mm), with large heads which are rounded anteriorly and occupy the width of the body. The mouthparts are ventral and the claws are small. </div><div id="clininfo" title="Clinical Info"><h2>Lipeurus caponis</h2>Chewing lice feed by nibbling on the feathers and epidermal debris, although some of them ingest blood by piercing the pulp of feathers or gnawing through the epidermis. The species which feed on birds are also able to digest keratin, so they can eat feathers and down. Chewing lice annoy their hosts primarily by irritating the skin surface. A few lice are generally well tolerated, whereas large numbers may cause severe irritation, resulting in self-trauma. This may allow for secondary bacterial infections and/or fly infestation, making the host more susceptible to other diseases. In general, lice are much more of a problem in young or debilitated animals than in older, well- nourished animals. A heavy louse infestation may itself be merely a symptom of some other underlying condition, such as malnutrition or chronic disease; debilitated animals often do not groom themselves and leave the lice undisturbed. <br />
<br />
</div><div id="images" title="Images"><h2>Lipeurus caponis</h2><img height="150" src="http://vetpda.ucdavis.edu/parasitolog/Images/labeled_640/Lipeurus_caponis_01.jpg" width="200" /> <img height="150" src="http://vetpda.ucdavis.edu/parasitolog/Images/labeled_640/Lipeurus_caponis_02.jpg" width="200" /> </div></div>--=<(vonzho)>=--http://www.blogger.com/profile/05439934374165324016noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4456659043260923647.post-41107015074993809772011-07-17T08:10:00.000-07:002011-09-13T01:45:00.324-07:00Pewarnaan Gram Bakteri<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><h3 class="post-title entry-title"></h3><div class="post-header"></div><div dir="ltr" style="text-align: left;"><div class="Section1"><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;"><b><span style="font-size: 16pt; line-height: 150%;"></span></b></div><b>I.</b><b> TUJUAN PRAKTIKUM</b> </div><div class="Section1"> Dapat melakukan prosedur pewarnaan gram dan memahami pentingnya setiap langkah dalam prosedur, dapat memahami reaksi kimiawi dari dalam prosedur tersebut,<b> </b>dapat melakukan prosedur untuk membedakan mikroba dua golongan yaitu gram positif dan gram negative, serta dapat lebih mengetahui alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan. <br />
<a name='more'></a><br />
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><b>II. TEORI DASAR</b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"> Pewarnaan gram atau metode gram adalah suatu metode empiris untuk membedakan spesies bakteri menjadi dua kelompok besar, gram positif dan gram negative, berdasarka sifat kimia dan fisika dinding sel mereka, metode ini diberi nama berdasarkan penemunya, ilmuwan denmark hans Christian gram 1853-1938 yang mengembangkan teknik ini pada tahun 1884 untuk membedakan <i>pneumokokus</i> dan bakteri <i>klebsiella pneumoniae</i>.</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"> Dalam melakukan pewarnaan gram diperlukan empat macam pewarnaan dengan fungsi yang berbeda yaitu :</div><ul style="margin-top: 0in;" type="disc"><li class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">Pewarnaan primer,(dapat memberikan warna pada semua jenis bakteri)</li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">Pengikat (memperkuat ikatan kompleks antara pewarna dengan komponen dinding bakteri</li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">Penghilang warna (melarutkan sisa zat warna dan kompleks zat warna dengan lipid pada dinding bakteri)</li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">Pewarnaan pengganti (memberikan warna pada dinding bakteri yang kehilangan pewarna primernya. </li>
</ul> Pada dasarnya bakteri memiliki beberapa bentuk yaitu (tongkat), kokus dan spirilum. Bakteri yang berbentuk tongkat maupun kokus dibagi menjadi beberapa macam. Pada bentuk basil pembagianya yaitu basil tunggal, diplobasil, dan tripobasil. Sedangkan pada kokus dibagi monokokus (satu buah bakteri berbentuk kotak), <br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">diplococcus, sampai staphylococcus (bentuknya mirip buah anggur). Khusus pada spirul hanya dibagi 2 yaitu setenggah melengkung dan tidak melengkung.</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"> <i>Stapylococcus aureus</i> adalah bakteri gram positif yang berbentuk bola. Bakteri ini ada yang berkoloni dan berbentuk seperti buah anggur.Beberapa karakteristik yang dimiliki <i>staphylococcus Aureuss</i> diantaranya hemolytic pada darah agar, catalase-oxidase-positif dan negative, dapat tumbuh pada suhu berkisar 15 sampai 45 derajat dan lingkungan NaCI pada konsentrasi tinggi hingga 15 persen dan menghasilkan enzim coagulase. Selain itu, biasanya Stapylococcus aureus merupaka pathogen seperti bisul, styes dan furunculosis beberapa infeksi (radang paru, radang kelenjar dada, radang urat darah serata menyebabkan keracunan makanan yaitu dengan melepaskan enterotoxins menjadi makanan sehingga menjadi toksik dengan melepaskan superantigens kedalam aliran darah.</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"> <i>E.coli</i> merupakan bakteri berbentuk batang dengan panjang sekitar 2 mikrometer dan diameter 0,5 mikrometer. Volume sel <i>E.coli</i> berkisar 0.6-0,7 mikrometer kubik. Bakteri ini termasuk umumnya hidup pada rentang 20-40 derajat C, optimum pada 37 derajat. Kita mungkin banyak yang tidak tahu jika diusus besar manusia terkandung sejumlah <i>E.colli</i> yang berfungsi membusukkan sisa makanan.</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"> <i>Pseudomonas auruginosa</i> adalah aerob obligat yang tumbuh dengan mudah pada banyak jenis media pembiakan, karena memiliki kebutuhan nutrisi yang sederhana. Medium paling sederhana untuk pertumbuhannya terdiri dari asetat (untuk karbon) dan ammonium sulfat (untuk nitrogen). Metabilisme bersifat respirator tetapi dapat tumbuh tanpa O<sub>2</sub> bila tersedia NO<sub>3</sub> sebagai akseptor electron kadang-kadang berbau manis seperti anggur yang dihasilkan aminoasetofenon. Beberapa strain menghemolisis darah. bakteri ini pada dasarnya merugikan bagi pertanian, Bakteri ini juga memiliki karakteristik antara lain berwarna hijau kebiru-biruan serta berbentuk batang.</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"></div></div><b><span style="font-family: 'Times New Roman',serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;"> </span></b> <br />
<div class="Section2"><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><b>ALAT DAN BAHAN</b> </div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-indent: 0.5in;">Pada percobaan pewarnaan gram alat-alat yang digunakan adalah Mikroskop, Kaca objek, Bunsen, Ose bundar, Kertas lensa, Kertas tissue, dan pinset.sedangkan bahan yang digunakan pada percobaan tersebut terdiri dari Biakan agar miring bakteri, Pereaksi pewarnaan gram, Oli imersi dan Aquadest.</div></div><span style="font-family: 'Times New Roman',serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><br clear="all" style="page-break-before: always;" /> </span> <br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><b>III. PROSEDUR KERJA</b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: left; text-indent: 0.5in;">Di Bersihkan kaca objek dengan alcohol hingga babas lemak, kemudian diflambir dan diberi tanda nama bakteri pada bagian bawah kaca objek. Dibuat preparat dari biakan yang akan diwarnai dengan cara :</div><ul><li>Diletakkan satu tetes aquadest diatas kaca objek</li>
</ul><ul><li>Disuspensikan satu ose biakan bakteri pada tetesan aquadest dan disebarkan setipis mungkin dengan membentuk lingkaran dengan diameter 1 cm</li>
</ul><ul><li>Dikeringkan dengan cara dihanggatkan diatas api Bunsen</li>
</ul><ul><li>Preparat siap diwarnai. </li>
</ul><div></div> Kemudian ditetesi preparat dengan kristal violet dan didiamkan selama satu menit, Dibuang sisa zat warnanya, dibilas dengan lugol lalu tutup preparat dengan lugol dan dibiarkan 30 menit. Buang larutan lugol, ditetesi preparat dengan alcohol 96 %, tetes demi tetes sampai bilasan alcohol terakhir tetap jernih. Preparat dicuci dengan aquadest dan diwarnai denagan zat warna fuchsin selama 30 detik. Kemudian Dibilas dengan aquadest dan dibiarkan kering. Selanjutnya diamati dibawah mikroskop dengan pembesaran lensa objektif 100 X dengan memakai oli imersi dan dicatat warna, susunan, dan bentuk bakteri yang didapat.<br />
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><b>IV. DATA PENGAMATAN</b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">Tabel pengamatan pewarnaan gram hari jum’at,12 Desember 2008</div><div align="center"><table border="1" cellpadding="0" cellspacing="0" class="MsoTableGrid" style="border-collapse: collapse; border: medium none; margin-left: 7.65pt; width: 561px;"><tbody>
<tr> <td style="border: 1pt solid windowtext; padding: 0in 5.4pt; width: 123.75pt;" valign="top" width="165"><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;">BAKTERI</div></td> <td style="border-color: windowtext windowtext windowtext -moz-use-text-color; border-style: solid solid solid none; border-width: 1pt 1pt 1pt medium; padding: 0in 5.4pt; width: 135pt;" valign="top" width="180"><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;">SETELAH PEWARNAAN GARM</div></td> <td style="border-color: windowtext windowtext windowtext -moz-use-text-color; border-style: solid solid solid none; border-width: 1pt 1pt 1pt medium; padding: 0in 5.4pt; width: 81pt;" valign="top" width="108"><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;">JENIS BAKTERI</div></td> <td style="border-color: windowtext windowtext windowtext -moz-use-text-color; border-style: solid solid solid none; border-width: 1pt 1pt 1pt medium; padding: 0in 5.4pt; width: 81pt;" valign="top" width="108"><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;">BENTUK</div></td> </tr>
<tr> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext windowtext; border-style: none solid solid; border-width: medium 1pt 1pt; padding: 0in 5.4pt; width: 123.75pt;" valign="top" width="165"><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;"><i>S.Aureus</i></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext windowtext -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0in 5.4pt; width: 135pt;" valign="top" width="180"><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;">Ungu </div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext windowtext -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0in 5.4pt; width: 81pt;" valign="top" width="108"><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;">Gram (+)</div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext windowtext -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0in 5.4pt; width: 81pt;" valign="top" width="108"><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;">Basil</div></td> </tr>
<tr> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext windowtext; border-style: none solid solid; border-width: medium 1pt 1pt; padding: 0in 5.4pt; width: 123.75pt;" valign="top" width="165"><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;"><i>P.Auruginosa</i></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext windowtext -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0in 5.4pt; width: 135pt;" valign="top" width="180"><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;">Merah </div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext windowtext -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0in 5.4pt; width: 81pt;" valign="top" width="108"><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;">Gram (-)</div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext windowtext -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0in 5.4pt; width: 81pt;" valign="top" width="108"><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;">Batang </div></td> </tr>
<tr> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext windowtext; border-style: none solid solid; border-width: medium 1pt 1pt; padding: 0in 5.4pt; width: 123.75pt;" valign="top" width="165"><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;"><i>E. colli</i></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext windowtext -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0in 5.4pt; width: 135pt;" valign="top" width="180"><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;">Merah</div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext windowtext -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0in 5.4pt; width: 81pt;" valign="top" width="108"><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;">Gram (-)</div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext windowtext -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0in 5.4pt; width: 81pt;" valign="top" width="108"><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;">Batang </div></td> </tr>
</tbody></table></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"></div><br />
<b>V.</b><b> PEMBAHASAN</b> <br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">Pada dasarnya bakteri dapat dibedakan melalui teknik pewarnaan gram. Teknik pewarnaan gram tersebut dapat dihasilakan warna merah dan unggu. Bakteri gram negative ditandai dengan pewarnaan merah, sedangkan yang positif berwarna ungu. Hal ini bertujuan untuk memberikan warna pada bakteri pada akhirnya dapat diidentifikasi dengan mudah.</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">Bakteri gram negatif adalah bakteri yang tidak mempertahankan zat warna metil ungu pada metode pewarnaan gram. Bakteri gram positif akan mempertahankan warna ungu gelap setelah dicuci dengan alkohol, sementara bakteri gram negatif tidak. Pada uji pewarnaan gram, suatu pewarna penimbal <i>(counterstain)</i> ditambahkan setelah metil ungu, yang membuat semua bakteri gram negatif menjadi berwarna merah atau merah muda. </div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"> Teknik pewarnaa gram ini haruslah sesuai prosedur kerena dapat mengakibatkan kesalahan identifikasi data apakah gram positif atau gram negatif sehingga diperlukan adanya praktikum ini dilakukan agar mengetahui jalanya mekanisme pewarnaan gram.</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"> Pengujian ini beguna untuk mengklasifikasikan kedua tipe bakteri ini berdasarkan perbedaan struktur dinding sel mereka. Banyak spesies bakteri gram negatif yang bersifat patogen, yang berarti mereka berbahaya bagi organisme inang. Sifat patogen ini umumnya berkaitan dengan komponen tertentu pada dinding sel gram negatif, terutama lapisan lipopolisakarida (dikenal juga dengan LPS / endotoksin).</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><i>Stapylococccus aureus</i> pada pewarnaan gram diketahui berwarna ungu sehingga termasuk bakteri gram positif. Bakteri ini berbentuk basil. Dari pengamatan dibawah mikroskop bakteri ini tampak berpasangan, memebentuk rantai pendek, atau membentuk kelompok yang tampak seperti tanda buah anggur dan Koloninya tersusun berjajar seperti rantai memanjang. Jenis ini memiliki endospora yang terletak pada sentral. Peranan dari bakteri <i>staphylococcus aureus</i> ini adalah dapat menghasilkan racun sebagai penyebab sindrom trauma yang diderita oleh pria, wanita, anak-anak. Sindron racun trauma tersebut berupa kejang, pingsan, turunya tekanan darah.</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">Klasifikasi <i>staphylococcus aureus</i> :</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">Kingdom : <i>monera</i></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">Divisi : <i>firmicates</i></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">Kelas : <i>bacilli</i></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">Order : <i>bacillales</i></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">Famili : <i>stapylococcuceae</i></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">Genus : <i>staphylococcus</i></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">Spesies : <i>staphylococcus aureus</i></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"> Berdasarkan hasil pengamatan bakteri <i>E. coli. </i>Bakteri tersebut pada saat diwarnai menunjukkan warna merah. Sehingga termasuk bakteri gram negative, bakteri ini berbentuk batang dengan panjang sekitar 2 mikrometer dan diameter 0,5 mikrometer. Bakteri ini juga bersifat patogen berbahaya yang menyebabkan penyakit diare dan sindrom diare lanjutan. Sedangkan peranan yang menguntungakan pada bakteri <i>E. coli</i> ini adalah dapat membusukkan sisa makanan didalam usus besar manusia. Banyak industri kimia mengaplikasikan teknologi fermentasi yang memanfaatkan <i>E. coli</i>. Misalnya dalam produk obat-obatan (insulin,antibiotic). Jika mengingat besarnya peranan ilmu teknologi dalam aspek-aspek kehidupan manusia, maka tidak bisa dipungkiri juga betapa besar manfaat <i>E.coli</i> bagi kita.</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">Klasifikasi <i>Escherichia coli</i></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">Kingdom :Proteobacteria</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">Kelas :Gamma Proteobacteria</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">Order :Enterobacteriales</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">Famili :Enterobacteriaceae</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">Genus :Escheriachia</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">Spesies :E. coli (it is, 2008)</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><i>Pseudomonas auruginosa</i> merupakan patogen utama bagi manusia. Dari hasil pengamatan Bakteri <i>Pseudomonas auruginosa</i> pada pewarnaan gram diketahui berwarna merah sehingga termasuk bakteri gram negatif, bakteri ini berbentuk batang. Dan kadang-kadang bakteri ini mengkoloni pada manusia dan menimbulkan infeksi apabila fungsi pertahanan inang abnormal. Oleh karena itu <i>Pseudomonas auruginosa</i> disebut pogen aportunistik, yaitu memanfaatkan kerusakan pada mekanisme pertahanan inang untuk memakai suatu infeksi.</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><i>Pseudomonas auruginosa </i>tumbuh dengan baik pada suhu 37-42<sup>0</sup>C. Pertumbuhannya pada suhu 42<sup>0</sup>C membantu membedakannya dari spesies <i>pseudomonas </i>lain dalam kelompok flouresen. Bakteri ini oksidase positif, nonfermenter tetapi banyak strain, mengoksidasi glukosa.</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-indent: 0.5in;"><i>Pseudomonas auruginosa </i>menghasilkan satu atau lebih pigmen, yang dihasilkan dari asam amino aromatik seperti tirosin dan felilalanin. Beberapa pigmen tersebut antara lain:</div><ul style="margin-top: 0in;" type="disc"><li class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">Piosianin, pigmen berwarna biru dihasilkan strain piosianogenik.</li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">Pioverdin, pigmen berwarna kuning.</li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">Piorubin, pigmen berwarna merah</li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">Piolanin, pigmen berwarna coklat.</li>
</ul><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">Pada dasarnya bakteri <i>Pseudomonas auruginosa </i>mempunyai kemampuan untuk menyerang jaringan bergantung pada reproduksi enzim-enzim dan toksin-toksin, yang merusak barier tubuh dan sel-sel inang. <i>Pseudomonas auruginosa </i>seperti yang dihasilkan bakteri gram negative, misalnya endotoksin menyebabkan gejala sepsis dan syok septik, endotoksin A menyebabkan nekrosis jaringan, enzim-enzim ekstra selular bersifat histotoksik dan mempermudah infasi kedalam pembuluh darah.</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"></div><b>VI.</b><b> KESIMPULAN</b> <br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">Dapat disimpulkan bahwa teknik pewarnaan gram dapat menghasilkan warna merah dan ungu. Bakteri gram negative ditandai dengan pewarnaan merah. Sedangkan yang positif berwarna ungu.</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"> <i>Stapylococcus aureus</i> merupakan bakteri gram positif, tidak bergerak, tidak berspora, mampu membentuk kapsul, berbentuk basil dan ukuranya berbeda-beda tergantung media pertumbuhan.</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"> <i>E. colli</i> ini merupakan bakteri berbentuk batang, berwarna merah yang termasuk bakteri gram negatif yang berfungsi untuk membusukkan sisa-sisa makanan didalam usus besar manusia dan bersifat patogen berbahaya.</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"> Sedangkan <i>pseudomonas auruginosa</i> merupakan patogen utama bagi manusia. Yang mengkoloni pada manusia dan menimbulkan infeksi apabila fungsi pertahanan inang abnormal. Bakteri ini berwarna merah sehingga termasuk bakteri gram negatif.</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"> Jadi, teknik pewarnaan gram haruslah sesuai prosedur karena dapat mengkibatkan kesalahan identifikasi data apakah gram positif / gram negative sehingga diperlukan adanya praktikum ini dilakukan agar mengetahui jalanya mekanisme pewarnaan gram.</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><b>VII. DAFTAR PUSTAKA</b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">http : // redpoll. Pharmacy. Ualberta. Ca / CCDB / cgi _bin /STAT_ NEW.cgi</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">Http : // ecocye.Org. Pharmacy / Biology /cgi _ NEW. cgi.</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">http:// id. Wikipedia. Org / wiki / Pewarnaan gram_gram.</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">Sastrodinoto, S. 1980.Biologi Umum I. Jakarta: PT Gramedia.</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">Sastrodinoto, S. 1980.Biologi Umum II. Jakarta: PT Gramedia.</div><span style="font-family: 'Times New Roman',serif; font-size: 12pt;">Alexander, G. 1965. <i>Biologi</i>. New York: Barnes and Noble, Inc, 3 th ed</span><br />
<br />
<span style="font-family: 'Times New Roman',serif; font-size: 12pt;">Sumber : <a href="http://riyanpharmacy.blogspot.com/2010/11/pewarnaan-gram.html">http://riyanpharmacy.blogspot.com/2010/11/pewarnaan-gram.html </a></span></div></div>--=<(vonzho)>=--http://www.blogger.com/profile/05439934374165324016noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4456659043260923647.post-20454296595319651122011-07-06T14:59:00.001-07:002011-09-13T01:45:30.763-07:00Penyakit Parasit pada Unggas<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><u><b>1. Penyakit pada Unggas Akibat Parasit Cacing</b></u><br />
<br />
<div class="MsoNormal">Penyakit kecacingan disebut juga helminthiasis akan menyebabkan kerugian secara ekonomis, karena unggas penderita mengalami hambatan pertumbuhan, penurunan produksi telur, berat telur tidak bisa mencapai maksimal dan awal waktu bertelur yang tidak semestinya. Helminthiasis pada unggas disebabkan oleh cacing, yang secara umum terdiri dari tiga klas, yaitu klas Nematoda, Trematoda dan Cestoda. Penyakit helminthiasis akibat cacing Nematoda disebut Nnematodosis, yang disebabkan Trematoda disebut Trematodosis dan yang disebabkan oleh Cestoda disebut Cestodosis. <br />
<a name='more'></a><br />
</div><div class="MsoNormal"> <b>1. Nematodosis </b></div><div class="MsoNormal">Telah banyak dikenal berbagai jenis cacing Nematoda yang menyerang unggas dengan berbagai lokasi penyerangan. Di bawah ini secara rinci dijelaskan masing-masing jenis Nematoda. </div><div class="MsoNormal">a. Cacing Mata /Eye Worm (Oxyspirura sp) </div><div class="MsoNormal">Cacing Oxyspirura sp berukuran kira-kira 2 cm, hidup di saccus conjunctiva ,sering menyebabkan conjunctivitis, opthalmitis, dan protrusion membrana nictitans. Cacing jenis ini menyerang berbagai unggas, antara lain ayam, kalkun, merpati, burung-burung liar dan burung-burung dalam sangkar. </div><div class="MsoNormal">b. Syngamus trakhea </div><div class="MsoNormal">Syngamus trakhea hidup di trakhea, kadang-kadang pada bornkhus. Cacing hidup di darah dan menyebabkan trakheitis diffuse atau fokal di tempat menempelnya. Ukuran cacing lebih dari 2 cm. Cacing menyerang berbagai unggas, antara lain ayam, kalkun, dengan gejala-gejala, seperti pernafasan cepat, dyspnoe, head shaking. </div><div class="MsoNormal">c. Capillaria sp.</div><div class="MsoNormal">Capillaria sp merupakan Nematoda yang menginfeksi crop dan esophagus dan menyebabkan radang mukosa crop dan esophagus. Beberapa cacing memiliki panjang lebih dari 6 cm. Unggas yang diserang antara lain : ayam, kalkun, angsa, itik dan burung- burung dalam sangkar. Gejala yng ditimbulkan berupa anemia dan kelemahan. </div><div class="MsoNormal">d. Dyspharynx, Tetrameres, Cyrnea. </div><div class="MsoNormal">Dyspharynx, Tetrameres, Cyrnea merupakan Nematoda yang hidup diproventriculus ayam dan unggas lain. Ukuran dewasa antara 3 – 18 mm, parasit bersembunyi di dalam mukosa dan sering penetrasi ke dalam kelenjar-kelenjar. Gejala yang ditimbulkan, antara lain : diare, kelemahan dan anemia yang diserta dengan ulserasi mukosa, hemorrhagi, nekrosis, pembengkakan mukosa. Cacing ini menyerang berbagai </div><div class="MsoNormal">unggas, antara lain : ayam, kalkun, merpati, puyuh dan itik. Mortalitas paling tinggi terjadi pada merpati, yang biasanya disebabkan oleh Dyspharynx nasuta. Hospes intermediet cacing ini, antara lain : </div><div class="MsoNormal">e. Cheilospirura dan Omidostomum. </div><div class="MsoNormal">Cheilospirura dan Omidostomum menyerang gizzard, cacing dewasa berukuran antara 1 – 4 cm. Kebanyakan hidup di sebelah dalam gizzrd dan menyebabkan ulserasi dan nekrosis, muskulus gizzard.Kedua cacing menyerang berbagai unggas, antara lain ayam, kalkun, itik, angsa, maupun puyuh. </div><div class="MsoNormal">f. Ascaridia sp. </div><div class="MsoNormal">Banyak spesies Ascaridia sp yang diketahui menyerang usus halus unggas. Cacing ini meyebabkan enteritis terutama pada unggas muda. Unggas yang diserang antara lain : ayam, kalkun, merpati, puyuh. Siklus hidup cacing ini bersifat langsung, meskipun bisa juga melalui cacing tanah. Salah satu contoh spesies yang sering </div><div class="MsoNormal">menyerang ayam adalah Ascaridia galli. Anak ayam lebih peka terhadap cacing Ascaridia galli daripada ayam dewasa. White Leghorn lebih peka daripada ayam ras yang lain. Lewat umur tiga bulan ayam </div><div class="MsoNormal">akan lebih tahan, hal ini berkaitan dengan meningkatnya sel-sel goblet dalam usus. Cacing muda lebih banyak menimbulkan kerusakan pada mukosa usus, karena larva cacing cenderung membenamkan diri pada mukosa sehingga sering menyebabkan perdarahan dan enteritis. Gejala klinis yang terjadi pada infeksi cacing A. galli tergantung pada tingkat infeksi. Pada infeksi berat akan terjadi mencret berlendir, selaput lendir pucat, </div><div class="MsoNormal">pertumbuhan terhambat, kekurusan , kelemahan umum dan penurunan produksi telur. Penyakit cacing oleh Ascaridia galli menyebabkan kerugian ekonomi yang cukup besar bagi peternak. Cacing dewasa hidup di saluran pencernaan, apabila dalam jumlah besar maka dapat menyebabkan sumbatan dalam usus. Penjelasan selanjutnya menyebutkan bahwa kerugian disebabkan oleh karena cacing menghisap sari makanan </div><div class="MsoNormal">dalam usus ayam yang ditumpangi sehingga ayam akan menderita kekurangan gisi. Ascaridi galli mempunyai ciri-ciri berwarna putih, bentuk bulat, tidak bersegmen dan panjang 6 - 13 cm. Ascaridia galli umumnya yang jantan berukuran lebih besar daripada betina. Pada cacing jantan diameter berukuran 30 - 80 mm, sedangkan pada betina berdiameter 0,5 - 1,2 mm. Gambar .2, memperlihatkan cacing Ascaridia galli. Siklus hidup Ascaridia galli pada ayam berlangsung 35 hari. Telur cacing akan keluar lewat tinja ayam dan menjadi infektif dalam waktu 5 hari pada suhu optimum, yaitu 32 - 340C. Sewaktu ayam sedang makan, telur infektif tertelan yang kemudian menetas di lumen usus. Larva cacing melewati usus pindah ke selaput lendir. Periode perpindahan terjadi antara 10 - 17 hari dalam masa perkembangan. Dalam waktu 35 hari cacing menjadi dewasa dan mulai bertelur. Sesudah cacing menjadi dewasa akan meninggalkan selaput lendir dan tinggal di dalam lumen usus. Ayam yang masih muda paling peka terhadap kerusakan yang disebabkan oleh cacing ini. </div><div class="MsoNormal"> Apabila cacing genus Ascaris yang ditemukan dalam usus halus terlalu banyak, ayam akan menjadi kurus. Hal ini terjadi karena cacing yang memenuhi usus akan menghambat jalannnya makanan, bahkan cacing mengeluarkan zat antienzim yang menyulitkan pencernaan makanan.</div><div class="MsoNormal">g. Heterakis gallinarum </div><div class="MsoNormal">Cacing Heterakis gallinarum bertanggung jawab terhadap kejadian blackhead pada ayam, karena ovum cacing bisa mengandung protozoa yang disebut Histomonas meleagridis yang menyebabkan blackhead. Cacing berukuran panjang 1,5 cm dan bisa dalam jumlah sangat banyak di sekum, sehingga menyebabkan radang sekum dan nodul- nodul kecil di dinding sekum. Unggas yang diserang antara lain : ayam, kalkun, puyuh, itik, angsa. </div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><b>2. Cestodosis </b></div><div class="MsoNormal">Raillietina spp. </div><div class="MsoNormal">Cestodosis merupakan penyakit cacing pita yang menyerang ayam pada semua umur. Penyebarannya melalui kotoran ayam yang sakit atau alat-alat yang digunakan. Gejala yang terlihat antara lain lesu, pucat, kurus dan diikuti dengan sayap yang menggantung serta kondisi yang berangsur-angsur menurun dan selanjutnya diikuti </div><div class="MsoNormal">kematian akibat komplikasi. Cacing Cestoda yang sering hidup pada ayam yaitu Raillietina spp. Infeksi Cestoda memiliki tingkat penyebaran lebih luas daripada infeksi oleh Nematoda dan trematoda. Pada usus ayam buras rata-rata ditemukan 132,27 ekor cacing yang antara lain terdiri dari cacing Cestoda Raillietina spp. Cacing Raillietina spp tergolong dalam.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: center;">phylum Platyhelmintes</div><div class="MsoNormal" style="text-align: center;">Class Cestoidea</div><div class="MsoNormal" style="text-align: center;">Sub Class Cestoda</div><div class="MsoNormal" style="text-align: center;">Ordo Cyclophyllidea,</div><div class="MsoNormal" style="text-align: center;">Famili Davaineidea</div><div class="MsoNormal" style="text-align: center;">Genus Railietina </div><div class="MsoNormal" style="text-align: center;">Spesies Raillietina spp. </div><div class="MsoNormal">Morfologi Raiilietina spp Terdapat 3 spesies cacing Raillietina spp, yaitu Raillietna tetragona, Raillietina </div><div class="MsoNormal">echinobothrida dan Raillietina cesticillus. Di bawah ini secara rinci morfologi masing-masing spesies cacing Raiilietina spp diterangkan. </div><div class="MsoNormal">a. Raiilietina tetragona </div><div class="MsoNormal">Raiilietina tetragona merupakan cacing pita ayam yang terpanjang, mencapai 25 cm dan lebar proglottidnya 1 - 4 mm. Lebar skoleksnya 175 - 350 mikron dan memiliki rostellum yang diameternya 200 - 300 mikron. Pada rostellumnya terdapat 2 atau 3 barisan yang terdiri dari 90 - 120 duri yang panjangnya 6 - 8 mikron. Alat penghisapnya juga dilengkapi dengan 8 - 12 baris duri yang panjangnya 3 - 8 mikron. Lubang </div><div class="MsoNormal">kelaminnya biasanya unilateral, kadang-kadang saja berselang seling tak teratur, letaknya di depan tengah-tengah sisi proglottid yang matang. Terdapat 18 - 32 testes pada setiap ruas. uterus berisi kapsul yang masing-maisng mengandung 6 - 12 telur yang berukuran 25 - 50 mikron (Soulsby, 1982). Kantong sirrusnya kecil, dengan panjang 75 - 100 mikron (Reid, 1984). Gambar 1 menunjukkan skoleks dan segmen serta lubang genital Raillietina tetragona. </div><div class="MsoNormal">b. Raillietina echinobothrida </div><div class="MsoNormal">Raillietina echinobothrida, panjangnya mencapai 250 mm dengan lebar 1 - 4mm. Skoleksnya bergaris tengan 250 - 450 mikron, sedang rostelum bergaris tengah 100 - 250 mikron yang dilengkapi dengan dua baris kait-kait sebanyak 200 - 250 yang panjangnya 10 - 13 mikron. Alat penghisapnya juga dilengkapi dengan 8 - 15 baris duri-duri dengan ukuran 5 - 15 mikron. Lubang kelaminnya hampir selalu unilateral, terletak </div><div class="MsoNormal">di tengah-tengah atau sedikit di belakang tengah-tengah sisi proglottid. Uterus berakhir dengan kapsul yang mengandung 6 - 12 telur. Kantong sirrus berjarak sepertiga dari saluran ekskretori dan relatif besar, panjang </div><div class="MsoNormal">130 - 190 mikron. Testes berjumlah antara 20 -45 buah dalam tiap segmen. Ciri khas cacing ini yaitu segmen posterior akan melepaskan diri pada suatu bentukan yang mirip jendela terletak di pertengahan segmen. Akan tetapi bentukan tersebut tidak selalu ditemukan pada setiap individu. </div><div class="MsoNormal">c. Raiilietna cesticillus. </div><div class="MsoNormal">Panjangnya Raiilietna cesticillus berkisar antara 100 - 130 mm dan lebarnya 1,5 -3 mm, lebar skolek 300 - 600 mikron. Rostellumnya cukup besar dengan diameter 100 mikron, dilengkapi dengan dua baris terdiri dari 400 - 500 duri yang berukuran 8 - 10 mikron. Alat penghisapnya tidak berduri kait. Dalam tiap proglottid yang matang terdapat 20 -230 testes. Lokasi lubang kelaminnya berselang seling tidak teratur. Kapsul telur, </div><div class="MsoNormal">masing-masing mengandung satu telur, mengisi seluruh proglottid yang matang. Siklus Hidup Raiilietina spp </div><div class="MsoNormal"> Penyebaran cacing Cestoda pada ayam sangat dipengaruhi oleh adanya inang antara.. Telur cacing Cestoda yang termakan oleh inang antara akan menetas di dalam saluran pencernaannya.Telur yang menetas berkembang menjadi onkosfir yaitu telur yang telah berkembang menjadi embrio banyak sel yang dilengkapi dengan 6 buah kait. Onkosfir selanjutnya berkembang menjadi sistiserkoid dalam waktu 3 minggu </div><div class="MsoNormal">setelah telur termakan oleh inang antara. Sistiserkoid tetep tinggal di dalam tubuh inang antara sampai dengan inang antara tersebut dimakan oleh inang definitif yaitu ayam. Setelah ayam memakan inang antara yang mengandung sistiserkoid, maka sistiserkoid terbebaskan oleh adanya aktivitas enzim pencernaan. Segera setelah sistiserkoid bebas, skoleksnya mengalami evaginasi dan melekatkan diri pada dinding </div><div class="MsoNormal">usus. Segmen muda terbentuk di daerah leher dan akan berkembang menjadi segmen yang matang dalam waktu 3 minggu. Pada saat segmen atau strobila berproliferasi di dinding leher, dinding sistiserkoid akan mengalami degenerasi dan menghilang. Selanjutnya sistiserkoid berkembang menjadi cacing dewasa di dalam usus ayam dalam waktu 20 hari. Berdasarkan beberapa penelitian diperoleh hasil bahwa masing-masing spesies cacing dari genus Raillietina spp mempunyai inang antara yang berbeda-beda. Raillietina </div><div class="MsoNormal">tetragona menggunakan semut dari genus tetramorium dan Pheidole serta lalat Musca domestica sebagai inang antara. Raiilietina echinobothrida menggunakan inang antara semut jenis yang sama dengan Raiilietina tetragona. Sedangkan Raillietina cesticillus mempunyai inang antara berupa kumbang dan lalat Musca domestica. <u>Patogenesis</u><u> : </u>Cacing yang hidup dalam saluran pencernaan akan mengambil makanan dengan </div><div class="MsoNormal">cara menyerap sari makanan dari induk semangnya pada mukosa usus. Apabila tingkat infeksi cukup berat, induk semang akan mengalami hypoglicemia dan hypoproteinemia yang nyata. <u>Gejala Klinis :</u> akibat cacing Cestoda pada ayam dipengaruhi antara lain oleh status pakan atau keadaan gizi ternak, jumlah infeksi dan umur ayam. Pada beberapa jenis infeksi, gejala umum pada ayam muda biasanya ditunjukkan oleh adanya penurunan bobot badan, hilangnya napsu makan, kekerdilan, diare dan anemia. Penurunan produksi </div><div class="MsoNormal">telur dan kesehatan secara umum juga merupakan gejala umum akibat infeksi cacing Cestoda. Cacing Cestoda dalam jumlah besar akan banyak mengambil sari makann dari tubuh inangn sehingga tidak jarang menyebabkan hypoglicemia dan hypoproteinemia. R. cesticillus menyebabkan degenerasi dan inflamasi villi selapit lendir usus ditempat menempel ujung kait rostellum dan dalam keadaan infeksi berat dapat </div><div class="MsoNormal">menyebabkan kekerdilan. Cacing Cestoda ini paling umum didapati pada ayam dengan kerusakan berupa enteritis haemorrhagia. Cacing ini menyebabkan degenerasi dan peradangan pada vili-villi selaput lendir usus. </div><div class="MsoNormal"> Raillietina echinobothrida menyebabkan diarre berlendir tahap dini. Raillietina echinobothrida dan Raillietina tetragona menyebabkan pembentukan nodul-nodul pada dinding saluran pencernaan. Diantara kedua jenis cacing Cestoda tersebut, yang paling banyak meninmbulkan kerusakan adalah Raillietina echinobothrida. Raiillietina tetragona dapat menyebabkan penurunan bobot badan dan produksi telur pada ras-ras </div><div class="MsoNormal">ayam tertentu.<u>Diagnosis: </u>Diagnosis penyakit didasarkan atas gejala klinik yang tampak dan sejarah </div><div class="MsoNormal">timbulnya penyakit. selain itu dapat pula dengan melakukan pemeriksaan tinja secara mikroskopis dimana akan ditemukan proglottid masak yang lepas atau telur cacing yang keluar bersama tinja. Kelemahan pemeriksaan ini adalah tidak selalu berhasil karena progolttid masak tidak dikeluarkan bersama tinja terus-menerus. Pada pemeriksaan pasca mati akan didapat diagnosis yang memuaskan karena ditemukan spesies cacingnya. Teknik diagnosis yang lain adalah dengan melihat bungkul-bungkul pada mukosa usus </div><div class="MsoNormal">dimana cacing mengkaitkan diri pada infeksi R. echinobothrida, Enteritis Catharallis chronica, hyperplasia dinding usus pada tempat cacing melekatkan diri dan perdarahan serta pengelupasan selaput lendir usus. </div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><b>3.Trematodosis </b></div><div class="MsoNormal">Penyakit parasit cacing oleh cacing trematoda pada unggas yang terkenal adalah Echonostoma revolutum. Cacing ini hidup di rektum dan sekum ayam, itik, angsa, dan unggas air lainnya, burung merpati dan berbagai burung lain serta mamalia, termasuk tikus air bahkan manusia di seluruh dunia.<u>Etiologi : </u>Echinostoma revolutum (E. revolutum) tergolong dalam </div><div class="MsoNormal" style="text-align: center;">filum Platyhelminthes</div><div class="MsoNormal" style="text-align: center;">klas Trematoda</div><div class="MsoNormal" style="text-align: center;">subklas Digenea</div><div class="MsoNormal" style="text-align: center;">Ordo Echinostomata</div><div class="MsoNormal" style="text-align: center;">famili Echinostomatidae </div><div class="MsoNormal" style="text-align: center;">subfamili Echinostomatinae</div><div class="MsoNormal" style="text-align: center;">genus Echinostoma</div><div class="MsoNormal" style="text-align: center;">spesies Echinostoma revolutum . </div><div class="MsoNormal">Cacing jenis ini merupakan cacing trematoda yang paling terkenal dan serkaria dapat ditemukan dengan mudah pada berbagai siput air tawar. Panjang cacing kira-kira 10 – 12 mm dan lebar 2,25 mm. Memiliki spina kerah (head coller) yang terdiri dari 37 spina, dimana 5 diantaranya membentuk spina kutub </div><div class="MsoNormal">dan kutikulanya membentuk spina di bagian anterior. Testisnya tandem, memanjang, lonjong atau sedikit berlobus, terletak di pertengahan badan dan di belakang ovari. Kantong sirrus terletak di antara percabangan sekum dan batil isap ventral. Telur berukuran panjang 90–126 µm dan lebar sampai 59–71 µm. <u>Siklus Hidup: </u> Telur di luar tubuh inang akan menetas menjadi mirasidium dalam air setelah berkembang selama lebih kurang 3 minggu pada kondisi yang sesuai. Mirasidium kemudian masuk ke dalam inang antara, yaitu siput antara lain : Stagnicola palustris, Helisoma trivolvis, Physagyrina coccidentalis, P. oculans, Planorbis tenuis, Lymnaea </div><div class="MsoNormal">stagnalis, L. swinhoei, Bulimus stagnicola dan Lymnaea rubiginosa. Mirasidium menembus bagian tubuh siput yang lunak untuk menuju ke ginjal dan berubah menjadi sporokista yang berbentuk kantong dengan panjang sekitar 0,5 mm. Kira-kira mulai 9 – 12 hari setelah infeksi, sporokista memproduksi satu atau dua redia induk setiap hari selama dua minggu. Redia induk ini mulai menghasilkan redia anak 19– 23 hari setelah infeksi. Redia anak berpindah ke organ distal dan memproduksi serkaria yang mulai keluar dari siput 46 – 62 hari pasca infeksi. Serkaria akan membentuk metaserkaria dan mengkista. Serkaria bisa keluar dari siput asal dan masuk ke siput lain yang memiliki spesies sama atau berlainan. Inang definitif akan terinfeksi apabila memakan siput ini dan cacing akan berkembang menjadi dewasa di dalam saluran pencernaan tubuh inang dalam jangka waktu 15 – 19 hari. <u>Gejala Klinis</u>: Infeksi yang berat dari E. revolutum menyebabkan kekurusan, kelemahan dan diare pada unggas. Perubahan Pasca Mati Pada anak ayam menyebabkan perdarahan bercak-bercak pada tempat perlekatan acetabulum dengan permukaan mukosa usus. Pada angsa dilaporkan menyebabkan </div><div class="MsoNormal">enteritis katarrhalis. Pada tikus menyebabkan hiperplasia kripta usus, atrofi vili-vili dan fibrosis pada jaringan subepithelial., pada hamster menyebabkan diare encer dan kehilangan berat badan. <u>Pencegahan : </u>Upaya pencegahan helminthiasis yang bisa dilakukan adalah melakukan sanitasi kandang, menghindarkan kandang dari vektor (induk semang antara) dan ternak liar dan mengusahakan pengelolaan peternakan sebaik mungkin, seperti mencegah kepadatan kandang yang berlebihan, mengusahakan ventilasi kandang yang cukup dan menerapkan sistim all in all out. <u>Pengobatan : </u>Pengobatan terhadap parasit cacing harus dilakukan seawal mungkin, karena jika keadaan sudah parah, maka pengobatan menjadi sia-sia. Obat-obatan yang bisa digunakan adalah Vermizin, Vermixon sirup, Cacing Exitor untuk membasmi Ascaridia galli. Tri Worm juga bisa digunakan untuk mengatasi A. galli dan Heterakis gallinarum. Pada ayam yang dipelihara dalam kandang postal maka pemberian obat cacing bisa dilakukan mulai umur satu bulan dan diulang setiap bulan sekali. Sedangkan pada ayam yang dipelihara di kandang baterai pemberian obat cacing setiap tiga bulan sekali. </div><div class="MsoNormal">Pemberian obat cacing akan lebih efektif jika diberikan dua hari berturut-turut. Ayam dipuasakan terlebih dahulu kira-kira selama satu jam sebelum pemberian obat. </div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><u><b>2. Penyakit pada Unggas Akibat Protozoa </b></u></div><div class="MsoNormal"><b>1. Koksidiosis </b></div><div class="MsoNormal">Penyakit terkenal pada unggas yang disebabkan oleh protozoa adalah koksidiosis atau berak darah. Penyakit ini ditemukan hampir di seluruh peternakan dunia. Meskipun penyakit ini bisa diatasi namun biaya yang diperlukan untuk pengobatan sangat besar. Koksidiosis disebabkan oleh protozoa dengan famili Eimeriidae, yang terdiri dari empat genus, antara lain <u>Cryptospororidium</u>, <u>Isospor</u>a, <u>Eimeria</u> dan <u>Tyzzaria</u>. Diantara </div><div class="MsoNormal">keempat genus tersebut maka Eimeria menduduki posisi paling penting bagi unggas. Pada kebanyakan unggas, Eimeria menyerang usus, kecuali pada angsa, Eimeria menyerang ginjal. Kematian ayam akibat koksidiosis bisa mencapai 80 – 90% jika penyakit tidak diobati. Kerugian lain selain kematian ternak, maka koksidiosis menyebabkan penurunan berat badan, penghambatan masa bertelur, penurunan produksi telur dan penurunan efisiensi penggunaan pakan. <u>Etiologi</u><u> </u>: Dikenal banyak spesies Eimeria, namun tidak semuanya patogen. Eimeria yang sering menyerang ayam, antara lain : E. tenella, E. necatrix, E. acervulina, E. brunetti, E. hagani, E. mitis, E. praecox, E. mivati, E. tyssarni dan E. myonella.<u>Faktor-faktor Predisposisi :</u> Kejadian koksidiosis akan mudah mewabah karena beberapa faktor, yaitu kandungan air yang tinggi dalam litter yang melenihi 30%, adanya penyakit lain yang menekan kekebalan tubuh, seperti Marek, IBD atau mikotoksin. Penggunaan antikoksidia dalam pakan yang kurang merata pencampurannya, juga bisa berperan sebagai faktor predisposisi. Faktor yang lain adalah stres lingkungan dan menejemen, seperti kepadatan yang terlalu tinggi, kurangnya kualitas dan kuantitas pakan, ventilasi udara yang jelek. <u>Gejala Klinis</u>: Koksidiosis berjalan secara akut dan ditandai dengan depresi, bulu kusut dan diare dengan tinja berwarna hijau, napsu makan hilang, muntah darah, paralisa dan diikuti kematian akibat kolaps. Unggas yang terinfeksi E. tenella memperlihatkan gejala kepucatan pada balung (jengger) dan pial disertai sekum yang bercampur darah. Pada penyakit yang tidak menunjukkan gejala klinis, maka ditandai oleh penurunan produksi telur dan daya tetas serta bobot badan. Lesi-lesi yang ditimbulkan oleh koksidia memiliki kekhasan tergantung dari spesies yang menyerang. Kekhasan tersebut sebagaimana dijelaskan di bawah ini. </div><div class="MsoNormal">• E. acervulina dan E. Mivati, meyebabkan daerah perdarahan 1 – 2 cm yang diselingi fokus berwarna putih yang terlihat di sepanjang lapisan serosa duodenum bagian belakang (distal) dan yeyunum bagian depan (proksimal). </div><div class="MsoNormal">• E. necatrix, menimbulkan penggembungan yang berlebihan pada bagian tengah yeyunum dengan perdarahan pada mukosa dan cairan berwarna kemerahan di dalam lumen usus. </div><div class="MsoNormal">• E. maxima, menyebabkan penggembungan pada bagian tengah yeyunum dengan perdarahan pada lapisan mukosa. </div><div class="MsoNormal">• E. Tenella, menimbulkan radang perdarahan sekum/usus buntu. </div><div class="MsoNormal">• E. brunetti, menimbulkan perdarahan mukosa bagian distal yeyunum dan kolon. </div><div class="MsoNormal"><u>Cara Penularan: </u>Ookista yang bersporulasi merupakan stadium infektif dari siklus hidup Eimeria sp. Ookista dapat ditularkan secara mekanik melalui pekerja, peralatan yang terkontaminasi, terbawa oleh angin dengan jarak yang pendek. <u>Siklus Hidup: </u>Temperatur, pH dan kelembaban yang optimum untuk sporulasi ookista masing-masing spesies berbeda-beda . Biasanya temperatur yang cocok bervariasi 21oC – 32oC, </div><div class="MsoNormal">tergantung spesies koksidia. Pada suhu tersebut sporulasi berlangsung 1 – 2 hari. Jika ookista yang telah sporulasi tertelan oleh ayam, maka sporozoit akan dibebaskan dan berkembang menjadi skizon. Skizon yang telah dewasa akan pecah dan menghasilkan merozoit yang akan berkembang menjadi mikrogametosit dan makrogametosist yang keduanya akan bertemu menghasilkan secara berturut-turut, zygot, ookinet, ookista. </div><div class="MsoNormal">Ookista akan dilepaskan bersama feses.Kelainan Pasca Mati Terlihat bintik-bintik atau bercak-bercak perdarahan hampir di seluruh organ, misalnya hati, paru-paru, limpa, timus, ginjal, pankreas, usus, proventrikulus, bursa fabricius, otak, otot dada dan paha. Gumpalan darah juga sering ditemukan dalam rongga perut dan saluran pernapasan bagian atas. <u>Pencegahan: </u>Tindakan pencegahan terhadap penyakit koksidiosis yang penting dilakukan adalah pengaturan sistim ventilasi udara yang baik, pengaturan kepadatan kandang yang sesuai dengan kapasitasnya, penyediaan tempat pakan dan minum yang cukup. Khusus </div><div class="MsoNormal">untuk pengaturan tempat air minum, sebaiknya diusahakan menggunakan model nipple drinker, sehingga tidak banyak air yang tumpah ke litter. Hal ini akan mengurangi resiko kelembaban yang tinggi dalam litter. Disarankan juga memberikan koksidiostat. <u>Pengobatan : </u>Pengobatan terhadap koksidiosis bisa diusahakan dengan pemberian larutan amprolium atau sulfonamida dalam air minum, pemberian air yang dapat mensuspensi suplemen vitamin A dan K akan mempercepat proses kesembuhan. </div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><u><b>3. Penyakit Pada Unggas Akibat Parasit Eksternal</b></u><u><b> </b></u> </div><div class="MsoNormal"> Gangguan parasit luar disebabkan oleh beberapa jenis insekta/serangga, seperti lalat, kutu, caplak, gurem, tungau dan sebagainya. Gangguan parasit luar akan menimbulkan rasa tidak enak, tidak tenang, gatal, kerusakan bulu, pertumbuhan terhambat, gangguan produksi dan yang lebih berbahaya lagi apabila parasit luar tersebut berperan sebagai vektor penyakit bakteri, virus, cacing atau koksidiosis. </div><div class="MsoNormal">• Kutu </div><div class="MsoNormal">Berbagai jenis kutu terdapat pada bulu ayam dan mungkin ditemukan juga dibawah sayap, pada leher dan di sekitar perut dekat kloaka. Biasanya telur kutu tersebut terkumpul pada pangkal bulu. </div><div class="MsoNormal">• Tungau </div><div class="MsoNormal">Ornithonyssus dan Dermanyssus merupakan tungau penghisap darah pada ayam. Infestasi yang hebat akan menyebabkan anemia. Tungau kudis yang menyerang kaki ayam dikenal dengan Knemidocoptes mutans yang menyebabkan dermatitis yang bisa melanjut menjadi scaly leg. </div><div class="MsoNormal"> • Caplak Argasid </div><div class="MsoNormal">Caplak berkulit lunak (Argas spp) hidup di daerah tropis dan menyerang ayam- ayam petelur yang dipelihara dalam kandang panggung atau di atas litter. Caplak menyukai lokasi di bawah sayap dan menyerang di malam hari. Unggas penderita menampakkan bercak perdarahan (hematoma). Caplak ini dapat menularkan penyakit </div><div class="MsoNormal">spirokhetosis. <u>Pengendalian : </u>Tindakan pengendalian terhadap serangan parasit eksternal antara lain berupa (1)dusting, adalah penggunaan serbuk atau powder untuk mengatasi gangguan ayam terhadap parasit luar. Pada ayam penderita dapat diberikan Sodium Fluorida pada pangkal sayap, bulu pada kepala, ekor, dada, kedua sayap, kedua kaki/paha, dasar ekor, bawah lubang kloaka dan punggung. Bisa juga digunakan DDT antara 5 – 10% (2) dipping, adalah penggunaan larutan yang mengandung racun untuk pemberantasan serangga dan dilakukan dengan cara mencelupkan ayam pada larutan tersebut. Dipping sebaiknya dilakukan pada saat matahari bersinar, tidak hujan, sehingga bulu cepat kering. Bahan kimia yang digunakan untuk dipping berupa Sodium Fluorida atau Sodium Flousilikat (3)fumigasi, dengan pengasapan seperti yang diusahakan untuk memberantas adanya mikroorganisme dan biasanya untuk telur-telur yang akan ditetaskan. Bahan kimia yang digunakan adalah kombinasi antara formalin dengan KMnO4 atau dengan Nicotine Sulfat </div><div class="MsoNormal">40%.<br />
<br />
Sumber : <a href="http://www.4shared.com/document/JJRDurkl/Penyakit_Parasit_Pada_Unggas.html">http://directory.umm.ac.id/Data%20Elmu/pdf/penyakit_parasit_unggas_baru.pdf </a></div></div>--=<(vonzho)>=--http://www.blogger.com/profile/05439934374165324016noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4456659043260923647.post-79710601809174103682011-07-06T14:48:00.000-07:002011-09-13T01:45:59.977-07:00Pemeriksaan Unggas<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;">Melakukan pemeriksaan secara patologik dengan / tanpa bantuan pemeriksaan laboratorium lainnya (mikrobiologik, parasitologik, patologi klinik, nutrisi) untuk mendapatkan penyebab kematian, gangguan pertumbuhan ataupun gangguan produksiseekro / sekelompok unggas, sehingga dapat diambil tindakan tertentu sesuai dengan kesimpulan yang diperoleh.<br />
<a name='more'></a></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%;"><b> Anamnesa</b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%;">Sebelum melakukan nekropsi (seksi, bedah bangkai, otopsi, pemeriksaan pasca mati ) hendaklah dilakukan anamnesa yang lengkap dan teliti meliputi :</div><ol start="1" style="margin-top: 0cm;" type="a"><li class="MsoNormal" style="line-height: 200%;">Nama dan alamat pemilik</li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 200%;">Lokasi peternakan (ketinggian, sumber air, temperatur, kelembaban, jarak dari peternakan lainnya, jarak dari pemukiman)</li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 200%;">Jenis/ strain unggas ; umur ; tujuan pemeliharaan pedaging, petelur, pembibitan, hias, aduan ; populasi seluruhnya</li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 200%;">Jumlah unggas yang sakit, mati dan lamanya proses penyakit. Perkembangan penyakit dari hari ke hari perlu diketahui</li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 200%;">Gejala klinik yang tampak dan kecepatan penyebaran penyakit</li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 200%;">Program vaksinasi dan tindakan pengobatan / penanganan yang telah dilakukan</li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 200%;">Data laboratorium lainnya, misalnya hasil titer HI darah terhadap ND, pemeriksaan mikrobiologik, parasitologik, nutrisi, toksikologi</li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 200%;">Diagnosa sementara dan waktu kematian unggas</li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 200%;">Dokter hewan / ahli lain yang pernah menangani kasus tersebut</li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 200%;">Manajemen yang dipraktekkan didalam peternakan tertentu, meliputi sistem perkandangan, sumber dan cara pemberian pakan, air minum, pengaturan tenaga kerja</li>
</ol><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%;"><b>Tempat Seksi </b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%;">Jika tidak dilakukan di laboratorium, harus dipilih tempat yang memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :</div><ol start="1" style="margin-top: 0cm;" type="a"><li class="MsoNormal" style="line-height: 200%;">Jauh dari hewan-hewan lainnya dan jauh dari gudang makanan, gudang obat dan tempat penampungan produksi ternak</li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 200%;">Mudah dibersihkan dan di disinfeksi</li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 200%;">Dekat dengantempat hewan tersebut akan dibakar atau dikubur</li>
</ol><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%;"><b>Cara-cara membunuh unggas</b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><b> </b>Untuk mendapatkan informasi yang cukup dalam melakukan nekropsi, maka disamping hewan yang mati dibutuhkan pula hewan sakit dari kelompok lainnya sejumlah 3-5 ekor. Hewan-hewan tersebut haruslah dibunuh dengan cara-cara yang lazim sebagai berikut :</div><ol start="1" style="margin-top: 0cm;" type="a"><li class="MsoNormal" style="line-height: 200%;">Mematahkan tulang leher antara atlas dan os cervicalis</li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;">Emboli udara ke dalam jantung. Cara ini dilakukan dengan terlebih dahulu mencabut/ membersihkan bulu di daerah dada sebelah kiri; kemudian ditarik garis bantu dari carina sternum kearah columna vertebralis; diatas perpotongan garis ini dengan garis putih dan pembuluh darah yang sejajar dengan garis putih tersebut adalah tempat untuk melakukan emboli. Pada anak ayam kecil / unggas kecil lainnya, emboli dapat dilakukan melalui pintu rongga dada</li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 200%;">Bordizzo forceps untuk mematahkan leher unggas ukuran besar, misalnya kalkun</li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 200%;">Listrik (jarang)</li>
</ol><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%;"><b>Perlengkapan Seksi</b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%;"><b> </b>Untuk melakukan seksi diperlukan alat-alat sebagai berikut :</div><ol start="1" style="margin-top: 0cm;" type="a"><li class="MsoNormal" style="line-height: 200%;">Gunting (biasa dan khusus untuk tulang)</li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 200%;">Pisau dan skalpel</li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 200%;">Pinset</li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 200%;">Alat suntik dan jarum berbagai ukuran</li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 200%;">Tabung (vakum, tabung berisi EDTA)</li>
</ol><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 36pt;">Perlengkapan lain yang dibutuhkan adalah tabung untuk menampung darah (vakum, tabung berisi EDTA); gelas obyek dan penutupnya; container dengan formalin 10% untuk menampung contoh jaringan; yang berisi label menurut nomer protokol patologi serta tanggal pengambilan material; container kosong; kantong plastik; vial; cawan petri.</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%;"><b>Persiapan pada Operator</b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;">Operator harus mengenakan jas laboratorium, sarung tangan dan sepatu untuk menghindari penularan berbagai mikroorganisme ataupun toksin dari hewan kepada operator. Untuk unggas yang diduga menderita penyakit menular hendaklah operator menggunakan masker penutup hidung dan mulut.</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%;"><b> </b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%;"><b> </b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%;"><b>Pemeriksaan Bagian Luar Bangkai dan Jaringan Tubuh</b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;">Sebelum melakukan nekropsi, perhatikan keadaan umum bangkai, status gizi, kulit, bulu, leleran dari liang-liang tubuh, adanya tumor / bentukan abnormal lainnya, keadaan mata, pial, balung, cuping telinga, keadaan daerah kloaka (kotor, berdarah, luka).</div><ol start="1" style="margin-top: 0cm;" type="a"><li class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;">Pemeriksaan berbagai jaringan dapat dilakukan sebagai berikut :</li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;">Perhatikan besar, warna, konsistensi, bidang irisan dan lakukan pemeriksaan khusus untuk organ-organ tertentu, misalnya uji apung untuk pulmo.</li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;">Jika terdapat eksudat / transudat catat volume, warna, sifat / viskositas dan bau</li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;">Jika terdapat tumor, abses, cyst, noduli, papulae, vesiculae harus dicantumkan ukuran, warna, sifat, konsistensi dan lokasi</li>
</ol><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 36pt;">Untuk keperluan pemeriksaan histopatologik, contoh jaringan yang dicurigai mengalami perubahan patologik dipotong dengan pisau yang tajam dengan ukuran sekitar 3 x 2 x 2 cm, kemudian dimasukkan ke dalam formalin 10%. Usahakan untuk mengambil jaringan dari daerah yang abnormal dan normal secara bersama-sama.</div><ol start="5" style="margin-top: 0cm;" type="a"><li class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;">Pemeriksaan lambung dan usus: amati keadaan serosa, lumen dan isinya, mukosa, penggantung dan pembuluh darah</li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;">Pemeriksaan hepar dan lien : perhatikan besar, warna, konsistensi dan bidang irisan. Irislah jaringan selebar ½ - 1 cm dan amati kemungkinan abnormalitas yang timbul.</li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;">Pemeriksaan pulmo : esophagus, pharynx, larynx dan trachea dibuka sampai percabangan bronchus yang masuk ke pulmo. Supaya diteliti pula glandula tyroidea dan parathyroidea. Perhatikan warna, besar, konsistensi dan uji apung. Irislah pulmo menjadi bagian-bagian kecil selebar 2 – 1 cm dan periksalah kemungkinan abnormalitas yang ada.</li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;">Pemeriksaan cor : perhatikan keadaan umum jantung (warna, ukuran, apex cordis); kemudian gunting pericardnya dengan memegang bagian apex cordis. Jika terdapat hydropericard, catatlah jumlah, sifat dan warnanya. Buatlah irisan yang sejajar septum atrioventriculare pada bagian apex cordis.</li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;">Bangkai diputar sehingga kepala menghadap operator. Dengan gunting yang dimasukkan kedalam mulut, sudut mulut bagian kiri digunting dan diteruskan ke esophagus dan ingluvies.</li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;">Pharynx, larynx dan trachea dibuka sampai ke percabangan bronchus yang masuk ke dalam pulmo. Keluarkan alat – alat dalam rongga dada dan periksa seperti biasanya</li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;">Potonglah ujung paruh secara melintang di daerah nares, kemudian periksalah sinus-sinus terhadap kemungkinan adanya eksudat atau cairan lainnya</li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;">Keluarkan otak dengan membuka tulang tengkorak seperti barikut ini :</li>
</ol><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;">Kulit didaerah kepala dilepas, kemudian buatlah irisan melintang dibelakang foramen magnum sehingga terlihat medulla spinalisnya (tanpa melepas kepala dari leher). Buatlah irisan dengan gunting tulang / gunting yang kuat melalui foramen magnum kearah os frontalis (membentuk sudut sekitar 40 <b>º </b>dengan garis horizontal ) pada kedua sisi tulang tengkorak. Kemudian buatlah irisan melintang yang menghubungkan kedua sudut mata luar. Bukalah tulang tengkorak melalui irisan-irisan tersebut. Setelah tulang tengkorak dibuka, irislah meningesnya, kemudian keluarkanlah otak dan medulla spinalisnya. </div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;">Catat semua perubahan patologik yang ditemukan dan tulislah pada buku nekropsi yang sudah disediakan sebelunya. Buatlah diagnosa sementara / diagnosa post mortem, berikut komentar untuk penanganan kasus secara cepat.</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;">Bahan-bahan unutk pemeriksaan laboratorium hendaklah dikirim sesuai dengan arah pemeriksaan yang ada.</div></div>--=<(vonzho)>=--http://www.blogger.com/profile/05439934374165324016noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4456659043260923647.post-57624740609265815332011-07-06T14:43:00.000-07:002011-09-13T01:46:28.434-07:00Penyakit Bakterial Unggas<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div style="font-family: verdana; text-align: justify;"><span style="font-size: 85%;"><span style="font-weight: bold;">1. CHRONIC RESPIRATORY DISEASE (CRD)</span><br />
Chronic Respiratory Disease (CRD) atau penyakit pernafasan menahun merupakan penyakit menular pada unggas dan menyebabkan kerugian ekonomi cukup tinggi karena terjadi penurunan produksi telur dan kualitas karkas dan biaya yang dikeluarkan untuk pengobatan menjadi tinggi.<a name='more'></a><br />
<span style="font-weight: bold;">Etiologi</span><br />
CRD disebabkan oleh <span style="font-style: italic;">Mycoplasma gallisepticum </span>dari family Mycoplastaceae. Beberapa strain <span style="font-style: italic;">Mycoplasma gallisepticum </span>yang diketahui seperti strain R merupakan strain patogenik yang biasa digunakan untuk bakteri tantang. Strain F diketahui juga patogenik, tetapi lesi radang kantong hawa (air sacculitis) yang disebabkan oleh strain R lebih hebat dibandingkan F.<br />
Bakteri ini termasuk gram negatif, bentuk kokoid dan berukuran 0,25-0,5 um.<br />
<span style="font-weight: bold;">Epidemiologi:</span><br />
<span style="font-weight: bold;">Distribusi Geografis</span><br />
Penyakit ini pertama kali dilaporkan di Inggris sebagai epizootic pneumoenteritis atau infectious sinusitis pada kalkun tahun 1938 dan pada tahun 1943 agen penyebab CRD pada ayam dan kalkun telah berhasil diisolasi. Dalam beberapa tahun CRD menyebar di beberapa Negara seperti Australia, Inggris, Jepang, India, Yugoslavia, Prancis dan Negara lain di kawasan Asia. Di Indonesia tersebar hamper di seluruh daerah dan bersifat endemik.<br />
<span style="font-weight: bold;">Jenis Unggas Terserang</span><br />
CRD utamanya menyerang ayam dan kalkun. Bakteri penyebab CRD juga pernah diisolasi dari burung liar, itik dan angsa.<br />
<span style="font-weight: bold;">Cara Penularan</span><br />
Penyakit ini ditularkan secara langsung, melalui udara dan debu, peralatan kandang tercemar. Penularan vertical melalui telur dapat terjadi.<br />
<span style="font-weight: bold;">Morbiditas dan Mortalitas</span><br />
Morbiditas dan mortalitas bervariasi. Morbiditas pada ayam tinggi dan dapat menyerang semua ayam dalam satu flok, tetapi mortalitas bervariasi. Serangan penyakit lebih hebat pada kelompok muda dan waktu musim dingin. CRD umumnya berjalan kronis dan sering diikuti oleh infeksi lain seperti ND, IB dan E. coli.<br />
Mortalitas pada ayam dewasa rendah, tetapi dapat menyebabkan penurunan produksi. Ayam broiler mortalitas rendah, tetapi jika ada komplikasi penyakit lain mortalitas dapat mencapai 50 %.</span></div><br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana; font-weight: bold;">Gejala Klinis</span></span><br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana;">Pada ayam gejala klinis yang menonjol adalah gejala pernafasan ditandai dengan leleran hidung, batuk, konsumsi pakan dan berat badan menurun. Ayam petelur terjadi penurunan produksi telur sampai pada tingkat terendah. Gejala lebih hebat pada ayam broiler terjadi pada umur 4 dan 8 minggu.</span></span><br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana;">Pada kalkun terjadi pembengkakan pada sinus paranasal, leleran mata dan kelopak mata tertutup rapat akibat pembengkakan sinus kepala.</span></span><br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana; font-weight: bold;">Diagnosa</span></span><br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana;">Ayam yang terserang oleh strain MG variant tidak mudah didiagnosa berdasarkan gejala klinis, serologi atau kultur dan sering tidak dikenal dalam periode yang lama. Morfologi kuman dapat diperiksa dengan pemeriksaan mikroskopis. Kuman dapat dideteksi dengan uji AGP, imunoperoxidase, FAT dan PCR.</span></span><br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana;">Antibodi dapat dideteksi dengan uji HI, serum plat agglutination (SPA) dan ELISA.</span></span><br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana; font-weight: bold;">Diagnosa Banding</span></span><br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana;">CRD sering dikelirukan dengan beberapa penyakit seperti ND, Swollen Head Syndrome (SHS), Infectious Bronchitis (IB) atau Infectious Coryza.</span></span><br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana; font-weight: bold;">Pencegahan dan Pemberantasan</span></span><br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana;">Ayam yang sakit dipisah dan telur dari flok tertular di rendam dengan larutan antibiotik. Telur dihangatkan pada suhu 37,8 °C dan dioleskan larutan antibiotic (tilosin) atau eritromisin (40-1000 rpm) selama 15-20 menit.</span></span><br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana;">Pengobatan dengan antibiotik, seperti streptomisin, oksitetrasiklin, klortetrasiklin, eritromisin, spiramisin, tilosin, linkomisin dan spektinomisin.</span></span><br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana;">Tindakan pencegahan dengan vaksinasi, menggunakan vaksin CRD inaktif menggunakan bakterin dalam minyak emulsi.</span></span><br />
<br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana; font-weight: bold;">2. TUBERKULOSIS</span></span><br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana;">Tuberkulosis merupakan penyakit kronis yang sangat menular pada unggas dan menyerang berbagai jenis unggas termasuk burung liar.</span></span><br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana; font-weight: bold;">Etiologi</span></span><br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana;">Tuberkulosis disebabkan oleh Mycobacterium avium (AT), termasuk bakteri gram positif, berbentuk batang atau bengkok dengan ukuran panjang 1-3 um, tidak berspora dan non motil. Terdiri dari serotype 1, 2 dan 3 yang virulen pada ayam, sedangkan serotype 4-20 (M. intracellulare) tidak virulen pada ayam tetapi virulen pada manusia.</span></span><br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana; font-weight: bold;">Epidemiologi:</span></span><br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana; font-weight: bold;">Distribusi Geografis</span></span><br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana;">TuberKulosis ayam tersebar luas di beberapa Negara, seperti Amerika Serikat, Kanada, Brasil, Uruguay, Venezuela dan Argentina, Inggris, Jerman, Afrika Selatan, Kenya dan Rhodesia.</span></span><br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana; font-weight: bold;">Jenis Unggas Terserang</span></span><br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana;">Semua jenis unggas dapat tertular M. avium, tetapi yang paling peka adalah unggas peliharaan seperti ayam, itik, angsa, kalkun, merak dan merpati. Ungas liar jarang terserang. Burung liar seperti kakatua, nuri, gelatik, gagak dan jalak pernah dilaporkan.</span></span><br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana;">Berbagai jenis mamalia juga dilaporkan seperti babi, domba, kelinci, musang, hamster, rusa, sapi, sedangkan manusia, kera, kuda, marmot, anjing dan kucing termasuk tahan terhadap infeksi penyakit ini.</span></span><br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana; font-weight: bold;">Cara Penularan</span></span><br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana;">Penyakit ini ditularkan melalui tinja tercemar bakteri. Bakteri dapat berasal dari lesi tuberkulosus usus atau hati dan mukosa kantung empedu. Penularan juga dapat terjadi melalui pernafasan. Bakteri yang tahan hidup dalam tanah atau alas kandang dalam jangka waktu lama merupakan sumber penularan yang penting.</span></span><br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana;">Penyakit ini juga dapat ditularkan melalui telur.</span></span><br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana; font-weight: bold;">Gejala Klinis</span></span><br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana;">Ayam terserang ditandai dengan depresi, nafsu makan lama-kelamaan turun, ayam kurus (atrofi) dengan tulang dada menonjol. Bulu-bulu tampak kusam, jengger dan pial terlihat pucat dan lebih tipis dari normalnya kadang-kadang terlihat kebiruan atau ikterus.</span></span><br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana;">Salah satu kaki tampak lemah dan posisi tubuh seperti tertunduk. Sayap terlihat seperti menggantung karena bakteri menyerang persendian dan mengakibatkan kelumpuhan. Terjadi diare dan ayam dapat mati setelah sakit beberapa lama atau kematian mendadak dapat terjadi jika kerusakan hebat pada hati dan limpa.</span></span><br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana; font-weight: bold;">Diagnosa</span></span><br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana;">Penyakit dapat didiagnosa berdasarkan epidemiologis, gejala klinis, patologis dan isolasi bakteri. Pemeriksaan dengan mikroskop membantu diagnose. Isolasi bakteri dilakukan pada media khusus yang selanjutnya diidentifikasi dengan uji serologis untuk memastikan bakteri penyebab penyakit. Uji serologis yang biasanya digunakan adalah uji aglutinasi cepat dan ELISA.</span></span><br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana; font-weight: bold;">Diagnosa Banding</span></span><br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana;">Beberapa penyakit yang mempunyai gejala klinis atau perubahan patologis sangat mirip dengan tuberculosis adalah fowl cholera dan fowl typhoid.</span></span><br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana;">Pencegahan dan Pemberantasan</span></span><br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana;">Ayam sakit dimusnahkan dengan dibakar atau dikubur yang dalam. Kandang dan peralatan tercemar didesinfeksi dan pengosongan kandang dalam jangka waktu yang lama.</span></span><br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana;">Pengobatan tidak efisien karena memerlukan waktu pengobatan selama 18 bulan. Beberapa jenis obat yang pernah digunakan seperti isoniazid (30 mg/kg), ethambutol (30 mg/kg) dan rrifampicin (45 mg/kg).</span></span><br />
<br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana; font-weight: bold;">3. PENYAKIT PULLORUM</span></span><br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana;">Nama lain: Salmonellosis. Merupakan penyakit menular pada ayam dan bersifat zoonosis.</span></span><br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana; font-weight: bold;">Etiologi</span></span><br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana;">Penyakit Pullorum disebabkan oleh </span><span style="font-family: verdana; font-style: italic;">Salmonella pullorum</span><span style="font-family: verdana;"> dari family Enterobacteriaceae. Termasuk bakteri gram negative, anaerob fakultatif, non motil, tidak kromogenik dan tidak berspora. Bentuk batang silinder panjang dengan ujung sedikit bulat dan berukuran 0,3-0,5 x 1-2,5 um.</span></span><br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana; font-weight: bold;">Epidemiologi;</span></span><br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana; font-weight: bold;">Distribusi Geografis</span></span><br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana;">Penyakit ini pertama kali dilaporkan sebagai penyakit septicemia yang mematikan pada anak ayam oleh Rettger pada tahun 1899. Kemudian disebut penyakit diare putih atau bacillary white diarrhea dan kemudian disepakati sebagai penyakit Pullorum. Penyakit ini tersebar luas di dunia.</span></span><br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana; font-weight: bold;">Jenis Unggas Terserang</span></span><br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana;">Yang paling peka terhadap penyakit ini adalah ayam, disamping jenis unggas lainnya seperti kalkun, itik, ayam mutiara, kuau, puyuh, jalak, nuri dan jenis burung liar dapat tertular. Kelompok umur yang paling banyak terserang dan kematian paling tinggi adalah umur 2-3 minggu. Ketahanan terhadap penyakit mulai meningkat dimulai pada umur 5-10 hari dengan meningkatnya limfosit darah dan suhu tubuh.</span></span><br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana;">Mamalia dapat tertular secara alami atau injeksi percobaan seperti simpanse, kelinci, marmut, babi, kucing, anjing, serigala, pedet, dan tikus liar.</span></span><br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana; font-weight: bold;">Cara Penularan</span></span><br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana;">Penularan utama melalui telur. Infeksi ovum terjadi saat ovulasi dan bakteri masuk melalui kulit telur. Penularan penyakit selama periode menetas dari ayam tertular kepada ayam sehat menyebabkan penyebaran penyakit yang hebat dan hanya dapat dikendalikan melalui fungsi mesin tetas.</span></span><br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana;">Penularan juga dapat ditularkan melalui ayam-ayam kanibal, telur yang pecah dan kemudian dimakan atau melalui luka.</span></span><br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana; font-weight: bold;">Morbiditas dan Mortalitas</span></span><br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana;">Morbiditas dan mortalitas bervariasi, tergantung umur, strain ayam, nutrisi, menejemen flok dan sifat penularan.</span></span><br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana;">Mortalitas bervariasi dan pada kasus wabah dapat mencapai 100 %. Puncak kematian terjadi pada minggu kedua atau ketiga dari umurnya.</span></span><br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana; font-weight: bold;">Gejala Klinis</span></span><br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana;">Anak-anak ayam terserang ditandai dengan kelemahan, nafsu makan menurun, ngantuk, diare putih kapur dan bulu-bulu di daerah kloaka dan perut menjadi kotor, sesak nafas dan megap-megap. Sayap terlihat menggantung dan kematian mendadak.</span></span><br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana;">Ayam yang sembuh pertumbuhannya kerdil dan bulu sangat kotor. Terjadi pembengkakan sendi kaki tibiotarsal dan humeroradial dan persendian ulnaris. Produksi, fertilitas dan daya tetas telur menurun.</span></span><br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana; font-weight: bold;">Diagnosa</span></span><br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana;">Sejarah dan gejala klinis penyakit mempunyai nilai diagnostic yang rendah. Diagnosa pasti dapat dilakukan isolasi dan identifikasi bakteri dan uji serologis.</span></span><br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana; font-weight: bold;">Diagnosa Banding</span></span><br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana;">Gejala dan lesi patologis sangat mirip dengan penyakit yang disebabkan oleh Salmonella lainnya. Aspergillus dan jamur lainnya dapat menghasilkan lesi yang sama pada paru-paru atau lesi pada persendian sangat mirip dengan infeksi Mycoplasma synoviae dan agen infeksius lainnya.</span></span><br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana;">Infeksi local pada pericardium dan ovarium sama dengan lesi oleh bakteri lain seperti coliform, Staphylococcus, Mikrococci dan Salmonella.</span></span><br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana; font-weight: bold;">Pencegahan dan Pemberantasan</span></span><br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana;">Ayam sakit dimusnahkan. Pengobatan dilakukan dengan pemberian preparat sulfa seperti sulfadiazine dan sulfamerasin.</span></span><br />
<br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana; font-weight: bold;">4. INFECTIOUS CORYZA</span></span><br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana;">Nama lain: Snot</span></span><br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana; font-weight: bold;">Etiologi</span></span><br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana;">Penyebab penyakit adalah bakteri </span><span style="font-family: verdana; font-style: italic;">Haemophilus paragallinarum</span><span style="font-family: verdana;">. Termasuk bakteri gram negative dan non motil, bentuk batang pendek dan berukuran 1-3 x 0,4-0,8 um. Bakteri yang ganas mempunyai kapsul dan mengalami degenerasi dalam waktu 48-60 jam, dalam bentuk fragmen dan bentuk yang tidak teratur.</span></span><br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana;">Serotipe yang diketahui yaitu serovar A, B dan C. strain Modesto (M) termasuk serovar C. ketiga strain tersebut ada yang menguraikan sebagai serovar I, II, dan III, tetapi menurut penelitian trakhir bahwa serovar II dan III merupakan varian dari serovar I.</span></span><br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana; font-weight: bold;">Patogenesa</span></span><br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana;">Ada 3 jenis antigen dalam bakteri ini yaitu lipopolisakarida yang diisolasi dari cairan supernatant biakan dari strain serovar A dan C. antigen polisakarida yang diisolasi dari strain serovar A dan C yang menyebabkan hidropericardium pada ayam. Antigenketiga adalah asam hialuronik mengandung kapsul yang menyebabkan gejala coryza.</span></span><br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana; font-weight: bold;">Epidemiologi:</span></span><br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana; font-weight: bold;">Distribusi Geografis</span></span><br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana;">Penyakit ini pertama kali dilaporkan oleh Beach pada tahun 1920 dan berhasil diisolasi pada tahun 1931 yang diberi nama Bacillus hemoglobinophilus coryzae gallinarum. Penyakit ini bersifat endemic di dunia. Di Indonesia ditemukan tersebar luas dan endemic.</span></span><br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana; font-weight: bold;">Jenis Unggas Terserang</span></span><br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana;">Ayam menjadi hospes utama penyakit ini. Unggas lainnya juga terserang seperti kuau, ayam mutiara, dan puyuh. Sedangkan kalkun, itik, burung merpati, gelatik dan gagak relative tahan.</span></span><br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana;">Semua umur ayam dapat terserang, umur 4 minggu sampai 3 tahun peka. Anak ayam berumur 3-7 hari dilaporkan tahan penyakit karena adanya antibody maternal.</span></span><br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana; font-weight: bold;">Cara Penularan</span></span><br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana;">Penyakit ditularkan melalui kontak langsung antara hewan sakit dengan yang sehat. Unggas sehat dan yang terinfeksi kronis serta burung liar dapat bertindak sebagai pembawa penyakit. Penyakit umumnya terjadi pada musim hujan dan musim dingin.</span></span><br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana; font-weight: bold;">Morbiditas dan Mortalitas</span></span><br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana;">Tingkat morbiditas tinggi sedangkan mortalitas rendah. Jika ada komplikasi penyakit lain seperti cacar ayam, CRD, IB, kolera unggas dan ILT mortalitas menjadi tinggi.</span></span><br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana; font-weight: bold;">Gejala Klinis</span></span><br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana;">Masa inkubasi tidak diketahui dengan pasti. Secara percobaan berlangsung 24-48 jam setelah infeksi atau intra sinus dengan biakan bakteri atau eksudat. Lama berlangsungnya penyakit tergantung dari inokulum dan keganasan bakteri.</span></span><br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana;">Ayam terserang ditandai dengan gejala pernafasan yaitu keluarnya cairan bersifat encer sampai berlendir, bersin-bersin, sinus kepala bengkak, selaput lender mata meradang atau mata membengkak. Jengger bengkak, diare, nafsu makan dan minum menurun.</span></span><br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana; font-weight: bold;">Diagnosa</span></span><br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana;">Penyakit didiagnosa berdasarkan epidemiologi, gejala klinis, patologi, isolasi dan identifikasi penyakit. Berbagai uji serologis dapat digunakan seperti aglutinasi tabung atau plat, AGP dan HI. Dengan AGP dapat mendeteksi antibodi 2 minggu pascainfeksi atau pascavaksinasi kurang lebih 11 minggu.</span></span><br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana; font-weight: bold;">Diagnosa Banding</span></span><br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana;">Penyakit ini dapat dikelirukan dengan beberapa penyakit seperti ND, CAA, IB, CRD, kolera unggas kronis, cacar unggas, defisiensi vitamin A yang mempunyai gejala klinis yang mirip dengan coryza.</span></span><br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana; font-weight: bold;">Pencegahan dan Pemberantasan</span></span><br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana;">Ayam yang sakit dapat diobati dengan preparat sulfonamide dan antibiotika seperti eritromisin dan oksitetrasiklin. Obat dalam bentuk campuran efektif dalam pengobatan penyakit seperti Sulfachloropyrazine-sulfadimidine, klortetrasiklin-sulfodimektosin, sulfakloropiridazin-trimetroprim, miporamisin dan esafloxacin.</span></span><br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana;">Tindakan pencegahan yang paling efektif yaitu melakukan vaksinasi. Ayam divaksinasi pada umur 10 dan 20 minggu melalui suntikan intramuskuler. Belakangan ini telah dikembangkan vaksin snot yang dikembangkan dengan vaksin IB dan ND inaktif.</span></span><br />
<br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana; font-weight: bold;">5. PASTEURELLOSIS</span></span><br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana;">Nama lain: Fowl Cholera, Avian Haemorrhagic Septicemia, Avian Cholera atau Penyakit Kolera Unggas.</span></span><br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana; font-weight: bold;">Etiologi</span></span><br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana;">Penyebab penyakit adalah </span><span style="font-family: verdana; font-style: italic;">Pasteurella moltocida</span><span style="font-family: verdana;">. Termasuk bakteri gram negative, bentuk batang, non motil dan tidak membentuk spora. Bakteri ini mempunyai serotype somatic yang bervariasi dan serogrup bipolar. Ada 16 serotipe somatic (serotype 1-16) dan 4 serogrup kapsuler (A, B, D dan F) diantaranya diisolasi dari hospes unggas. Namun dari karakter antigenik dan virulensinya ditemukan A:1, A:3, dan B:4.</span></span><br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana; font-weight: bold;">Epidemiologi:</span></span><br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana; font-weight: bold;">Distribusi Geografis</span></span><br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana;">Penyakit ini dilaporkan sejak pertengahan tahun 1800 di Eropa dan istilah fowl cholera pertama kali dilaporkan oleh Mailet tahun 1838, haemorrhagic septicemia oleh Huppe tahun 1886 dan avian pasteurellosis oleh Lignieres pada tahun 1900. Sejak itu pula penyakit ini dilaporkan di beberapa Negara seperti Italia, India, Rusia, Amerika Serikat dan beberapa Negara lainnya kejadian penyakit bersifat sporadik dan endemik.</span></span><br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana; font-weight: bold;">Jenis Unggas Terserang</span></span><br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana;">Hampir semua jenis unggas terserang, seperti ayam, itik, kalkun, angsa dan burung liar lainnya serta menyerang semua kelompok umur.</span></span><br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana; font-weight: bold;">Morbiditas dan Mortalitas</span></span><br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana;">Tingkat morbiditas dan mortalitas tinggi. Dalam satu kelompok unggas terserang tingkat mortalitas bervariasi, pada ayam mencapai 20 %, itik 50 % dan kalkun 17-68 %.</span></span><br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana; font-weight: bold;">Gejala Klinis</span></span><br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana;">Gejala klinis penyakit ada 2 bentuk yaitu akut dan kronis.</span></span><br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana;">Bentuk akut ditandai dengan perjalanan penyakit singkat hanya beberapa jam sebelum terjadi kematian. Gejala yang tampak yaitu demam, anoreksia, bulu kusam, dari mulut keluar cairan berlendir, diare dan tinja putih kapur kadang-kadang kehijauan berlendir. Frekuensi pernafasan meningkat. Kulit di sekitar kepala tampak kebiruan dan terjadi pembengkakan pada jengger dan pial.</span></span><br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana;">Bentuk kronis terjadi akibat infeksi pasteurellosis yang tidak ganas. Gejala yang terlihat berupa pembengkakan pada jengger, pial, sinus, sendi kaki atau sayap. Terdapat tanda tortikolis, sesak nafas akibat infeksi saluran pernafasan.</span></span><br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana; font-weight: bold;">Diagnosa</span></span><br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana;">Penyakit dapat didiagnosa berdasarkan epidemiologi, gejala klinis, patologis, isolasi dan identifikasi penyebab. Koloni bakteri dapat diperiksa menggunakan mikroskop, sedangkan identifikasi dilakukan dengan uji aglutinasi cepat menggunakan antiserum pasteurella multocida. Serotype somatic dari bakteri dapat dideteksi dengan AGP berdasarkan atas variasi antigenic di dalam komponen polisakarida.</span></span><br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana; font-weight: bold;">Diagnosa Banding</span></span><br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana;">Penyakit ini mempunyai gejala klinis yang sangat mirip dengan beberapa penyakit seperti ND, CRD, Snot dan Aspergillosis.</span></span><br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana; font-weight: bold;">Pencegahan dan Pemberantasan</span></span><br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana;">Unggas yang sakit disingkirkan dari kelompok. Pengobatan dilakukan dengan memberikan antibiotik, seperti streptomisin, penicillin atau penicillin dan streptomisin (penstrep), oksitetrasiklin dan khloramfenikol. Novobiosin atau preparat sulfonamide dapat diberikan bersama pakan atau air minum.</span></span><br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana;">Tindakan pencegahan adalah vaksinasi menggunakan vaksin aktif atau vaksin inaktif.</span></span><br />
<br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana; font-weight: bold;">6. KOLIBASILOSIS</span></span><br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana; font-weight: bold;">Etiologi</span></span><br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana;">Kolibasilosis disebabkan oleh </span><span style="font-family: verdana; font-style: italic;">Escherichia coli</span><span style="font-family: verdana;">. Termasuk bakteri gram negatif. Bakteri ini berbentuk basilus, tidak berspora, beberapa atrain motil dan mempunyai flagella peritrichous serat berukuran 2-3 x 0,6 um.</span></span><br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana;">Berbagai serotipe </span><span style="font-family: verdana; font-style: italic;">E. coli</span><span style="font-family: verdana;"> telah diketahui dan serotype antigen telah diklasifikasi sebagai antigen somatik (154 O), antigen kapsul (89 K) dan O2:K1.</span></span><br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana; font-weight: bold;">Patogenesa</span></span><br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana;">Bakteri </span><span style="font-family: verdana; font-style: italic;">E. coli </span><span style="font-family: verdana;">menginfeksi saluran pernafasan biasanya bersama-sama dengan berbagai infeksi lain seperti IB, ND, SHS atau CRD. kerusakan yang terjadi pada saluran pernafasan akan sangat peka masuknya E. coli.</span></span><br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana;">Ayam-ayam umur 12-16 minggu yang diinfeksi dengan Mycoplasma menjadi lebih peka terhadap E. coli dan kepekaannya berlangsung 30 hari. Demikian pula jika ada infeksi virus IB, ND dan CRD. kepekaannya lebih cepat dan berlangsung lama, seperti infeksi gabungan IB dan E. coli menyebabkan gejala klinis dan pertumbuhan patologis lebih hebat dibandingkan dengan infeksi tunggal.</span></span><br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana; font-weight: bold;">Epidemiologi:</span></span><br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana; font-weight: bold;">Distribusi Geografis</span></span><br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana;">Penyakit ini tersebar luas di dunia, termasuk di Indonesia.</span></span><br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana; font-weight: bold;">Jenis Unggas Terserang</span></span><br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana;">Penyakit ini menyerang semua jenis unggas seperti ayam, kalkun dan itik.</span></span><br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana;">Cara Penularan</span></span><br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana;">Sumber penularan yang paling potensial adalah air minum, makanan ayam dan telur yang tercemar tinja, dan debu kandang. Bakteri ini dapat bertahan dalam waktu lama terutama dalam keadaan kering dan dapat menurun 84-97 % dalam waktu 7 hari setelah debu tersebut basah oleh air.</span></span><br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana; font-weight: bold;">Morbiditas dan Mortalitas</span></span><br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana;">Pada flok individual yang terserang kolibasilosis, tingkat mortalitas dapat mencapai 75 %.</span></span><br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana;">Gejala Klinis</span></span><br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana;">Ayam-ayam terserang ditandai dengan gejala lesu, kurus, berak encer berwarna kuning.</span></span><br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana; font-weight: bold;">Diagnosa</span></span><br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana;">Penyakit ini dapat didiagnosa berdasarkan epidemiologi, gejala klinis, patologi, isolasi dan identifikasi penyebab.</span></span><br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana;">Isolasi bakteri pada media eosin methylene blue (EMB), MacConkey atau agar tergitol 7 atau media non inhibitor. Antibody terhadap E. coli dapat dideteksi dengan uji hemaglutinasi indirek (IHT) dan ELISA.</span></span><br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana; font-weight: bold;">Diagnosa Banding</span></span><br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana;">Beberapa penyakit mempunyai gejala atau perubahan patologis yang sangat mirip, seperti sinovitis-artritis, mikoplasma, stapylokokus, salmonella dan organism lainnya.</span></span><br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana;">Perikarditis juga disebabkan oleh Chlamydia. Peritonitis kadang-kadang dapat disebabkan oleh Pasteurella dan Streptococci.</span></span><br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana; font-weight: bold;">Pencegahan dan Pemberantasan</span></span><br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana; font-style: italic;">E. coli</span><span style="font-family: verdana;"> sangat peka terhadap antibiotic. Beberapa antibiotic yang efektif untuk mencegah dan mengobati penyakit ini seperti amfisilin, kloramfenikol, klortetrasiklin, neomisin, nitrofuran, gentamisin, streptomisin, asam nalidixic, polimiksin B dan preparat sulfa. Pemberian vitamin juga diperlukan untuk mengurangi stress.</span></span><br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana;">Tindakan pencegahan berupa vaksinasi menggunakan vaksin aktif serotype O2:K1 dan O78:K80. Vaksin inaktif O78 dapat diberikan pula dan diuji cobakann pada itik dilaporkan memberikan kekebalan.</span></span><br />
<br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana; font-weight: bold;">7. ORNITHOSIS</span></span><br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana;">Nama lain: Chlamidiosis.</span></span><br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana; font-weight: bold;">Etiologi</span></span><br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana;">Ornithosis disebabkan oleh </span><span style="font-family: verdana; font-style: italic;">Chlamydia psittaci </span><span style="font-family: verdana;">dari family Chlamydiaceae. Merupakan bakteri intraseluler obligat pada sel hospes eukaryotic. Materi genetic tersusun atas molekul DNA dengan berat molekul 6,6 x 10 pangkat 8.</span></span><br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana; font-weight: bold;">Epidemiologi</span></span><br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana; font-weight: bold;">Distribusi geografis</span></span><br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana;">Penyakit ini dilaporkan bersifat endemic di Amerika Serikat sejak tahun 1960-1987, kemudian penyakit dilaporkan juga di Ceko dan Slowakia serta Negara-negara lainnya.</span></span><br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana; font-weight: bold;">Jenis Unggas Terserang</span></span><br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana;">Penyakit ini menyerang kalkun dan itik. Ayam, kuau dan merpati relatif tahan dan hanya ditemukan secara serologis.</span></span><br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana; font-weight: bold;">Cara penularan</span></span><br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana;">Penyakit ditularkan melalui pernafasan dan melalui tinja. Infeksi dapat juga terjadi secara kontak langsung. Peranan arthropoda dalam penularan penyakit masih dalam dugaan, meskipun ditemukan Chlamydia dalam kutu yang berasal dari sarang kalkun.</span></span><br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana; font-weight: bold;">Morbiditas dan Mortalitas</span></span><br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana;">Unggas terserang Chlamydia yang ganas, tingkat morbiditas mencapai 50-80 % dan mortalitas 10-30 %, sedangkan yang kurang ganas tingkat morbiditas 5-20 % dan mortalitas 1-4 %.</span></span><br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana; font-weight: bold;">Gejala Klinis</span></span><br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana;">Masa inkubasi penyakit bervariasi tegantung dari jumlah Chlamydia yang dihirup dan keganasan strain yang menginfeksi, lingkungan dan umur terserang.</span></span><br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana;">Unggas terserang ditandai menurunnya nafsu makan, konjungtivitis, rhinitis disertai dengan leleran dari hidung dan muut yang berwarna kuning hijau. Bulu-bulu di sekitar leher menjadi kotor karena eksudat, sesak nafas, diare dan tinja kehijauan. Unggus menjadi kurus dan konvulsi. Produksi telur turun drastic, dari 60 % menjadi 10-20 %.</span></span><br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana; font-weight: bold;">Diagnosa</span></span><br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana;">Penyakit ini didiagnosa berdasarkan epidemiologi, gejala klinis, patologis, isolasi dan identifikasi. Isolasi pada telur ayam berembrio melalui selaput kuning telur dan biakan sel atau pada tikus putih melalui intraperitoneal.</span></span><br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana;">Identifikasi organism menggunakan mikroskop, sedangkan pemeriksaan serologis dengan uji ELISA dan CFT.</span></span><br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana; font-weight: bold;">Diagnosa Banding</span></span><br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana;">Penyakit ini dapat dikelirukan dengan berbagai penyakit seperti Pasteurellosis, Kolibasilosis dan Avian Influenza.</span></span><br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana; font-weight: bold;">Pencegahan dan Pemberantasan</span></span><br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana;">Pengobatan dapat dilakukan dengan oksitetrasiklin 400 g/ton pellet pakan. Tindakan pencegahan dengan vaksinasi, tetapi vaksin komersial belum tersedia.</span></span><br />
<br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana; font-weight: bold;">8. ASPERGILLOSIS</span></span><br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana; font-weight: bold;">Etiologi</span></span><br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana;">Aspergillosis disebabkan oleh jamur </span><span style="font-family: verdana; font-style: italic;">Aspergillus fumigatus</span><span style="font-family: verdana;"> dan </span><span style="font-family: verdana; font-style: italic;">flavus</span><span style="font-family: verdana;">. Spesies jamur lain yang dapat menyebabkan penyakit adalah </span><span style="font-family: verdana; font-style: italic;">Aspergillus terrus, A. glaucus, A. nidulans, A. niger, A. amstelodami </span><span style="font-family: verdana;">dan </span><span style="font-family: verdana; font-style: italic;">A. nigrescen.</span></span><br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana; font-weight: bold;">Patogenesa</span></span><br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana; font-style: italic;">Aspergillus sp </span><span style="font-family: verdana;">dapat mengeluarkan aflatoksin yang sangat pathogen pada ayam. Ayam yang diekspos konidia </span><span style="font-family: verdana; font-style: italic;">A. fumigates </span><span style="font-family: verdana;">menyebabkan kematian sampai 50 %.</span></span><br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana; font-weight: bold;">Epidemiologi:</span></span><br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana; font-weight: bold;">Distribusi Geografis</span></span><br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana;">Aspergillosis pada unggas telah dikenal hampir 2 abad yang lalu, yaitu ditemukan pada jenis unggas liar seperti itik, angsa, burung onklet. Aspergillus fumigates pertama kali dilaporkan pada paru-paru kalkun liar (</span><span style="font-family: verdana; font-style: italic;">Otis tardaga</span><span style="font-family: verdana;">) pada tahun 1863.</span></span><br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana; font-weight: bold;">Jenis Unggas Terserang</span></span><br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana;">Semua jenis unggas termasuk burung liar peka terhadap Aspergillosis, seperti ayam, itik, angsa dan burung onklet, kalkun, burung kakatua, nuri,dan beo.</span></span><br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana; font-weight: bold;">Cara Penularan</span></span><br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana;">Aspergillosis ditularkan melalui udara, kandang atau alas kandang tercemar. Dilaporkan bahwa alas kandang sering menjadi sumber konidia Aspergillus. Penularan lewat udara di dalam mesin tetas pernah dilaporkan.</span></span><br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana;">Penularan melalui telur dapat terjadi, secara percobaan telur-telur yang diinkubasi dengan suspense jelly petroleum mengandung konidia </span><span style="font-family: verdana; font-style: italic;">A. fumigates</span><span style="font-family: verdana;"> dan infeksi meningkat apabila telur diinkubasi dalam incubator dicemari dengan konidia </span><span style="font-family: verdana; font-style: italic;">A. fumigates </span><span style="font-family: verdana;">dan dalam waktu 8 hari inkubasi telah terjadi penetrasi jamur melalui kulit telur.</span></span><br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana; font-weight: bold;">Morbiditas dan Mortalitas</span></span><br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana;">Aspergillosis akut sering menyebabkan wabah pada anak ayam dengan tingkat morbiditas dan mortalitas tinggi, sedangkan aspergillosis kronis terjadi pada unggas dewasa dengan tingkat morbiditas dan mortalitas rendah. Pada kalkun mortalitas dapat mencapai 50 %.</span></span><br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana; font-weight: bold;">Gejala Klinis</span></span><br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana;">Unggas terserang ditandai dengan gejala sesak nafas, nafas megap-megap, nafsu makan menurun, lemah dan pada stadium akhir penyakit terjadi diare. Dari hidung dan mukosa mata keluar cairan berlendir. Beberapa unggas dalam waktu 24 jam menunjukkan gejala konvulsi dan tortikolis yang terjadi pada beberapa jenis unggas seperti ayam, kalkun dan angsa.</span></span><br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana; font-weight: bold;">Diagnosa</span></span><br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana;">Aspergillosis mudah didiagnosa berdasarkan pemeriksaan patologis yang ditandai dengan nodul caseous atau plak pada kantong hawa atau paru-paru unggas terserang. Jamur mudah diperiksa di bawah mikroskop biasa setelah potongan kecil dari nodul diteteskan larutan KOH 20 %.</span></span><br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana;">Pemeriksaan melalui uji serologis AGP, ELISA diperlukan untuk mengidentifikasi jamur. Dengan AGP jamur dapat dibedakan berdasarkan garis presipitasi yang dihasilkan. Aspergillus fumigates menghasilkan garis presipitasi sedangkan A. flavus tidak menghasilkan garis presipitasi.</span></span><br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana; font-weight: bold;">Pencegahan dan Pemberantasan</span></span><br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana;">Aspergillosis dapat dikendalikan dengan sanitasi kandang yang baik. Kandang harus dibersihkan atau didesinfeksi secara rutin. Untuk mencegah penularan dalam kelompok unggas maka air minum ditambahkan larutan copper sulphate 1:2000, nystatin atau hamycin atau mikonazol untuk mencegah gejala klinis aspergillosis. Infeksi pada embrio ayam dapat dicegah dengan amfoterisin B atau fenil merkuri di-naftilmetane disulfonat.</span></span><br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana;">Untuk pencegahan dianjurkan untuk melakukan vaksinasi, tetapi vaksin komersial belum tersedia. Vaksinasi pada kalkun pernah diuji cobakan menggunakan vaksin aspergillosis yang disiapkan dari konidia dan hasilnya dapat mencegah kematian hamper 50 % dan kebal setelah ditantang dengan konidia Aspergillus fumigates.</span></span><br />
<br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana; font-weight: bold;">9. KANDIDIASIS</span></span><br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana;">Kandidiasis merupakan penyakit jamur menular pada saluran pencernaan unggas yang ditandai dengan pertumbuhan yang terhambat atau kerdil.</span></span><br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana; font-weight: bold;">Etiologi</span></span><br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana;">Candidiasis disebabkan oleh </span><span style="font-family: verdana; font-style: italic;">Candida albican</span><span style="font-family: verdana;">. Jamur ini mempunyai ukuran 5,5 x 3,5 u. jamur tumbuh baik pada medium Saboroud agar dan menghasilkan koloni krem, dan putih setelah diinkubasi selama 24-48 jam pada suhu 37 °C. organisme menghasilkan asam dan gas pada dextrosa, levulosa, maltosa dan mannosa serta menghasilkan sedikit asam pada galaktosa dan sukrosa.</span></span><br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana; font-weight: bold;">Epidemiologi:</span></span><br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana; font-weight: bold;">Distribusi Geografis</span></span><br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana;">Kandidiasis tersebar luas di dunia, terutama di Negara-negara tropis.</span></span><br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana; font-weight: bold;">Jenis Unggas Terserang</span></span><br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana;">Kandidiasis menyerang semua jenis unggas seperti ayam, kalkun, kuau, angsa, merpati, puyuh, merak dan parkit. Unggas yang terserang dan yang paling peka adalah unggas muda.</span></span><br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana; font-weight: bold;">Gejala Klinis</span></span><br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana;">Gejala klinis umumnya tidak spesifik. Unggas terserang ditandai dengan gejala kerdil, bulu kusam dan lesu.</span></span><br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana; font-weight: bold;">Diagnosa</span></span><br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana;">Penyakit ini agak sulit didiagnosa karena gejala klinis dan perubahan patologis anatomis tidak mencolok. Namun dari pemeriksaan histopatologis dapat diperlihatkan perubahan jaringan, spora dan hipe C. albican dapat ditemukan pada lesi. Melalui pemupukan pada agar Saboroud diperoleh pertumbuhan murni dari Candida yang selanjutnya dapat diperiksa dengan mikroskop biasa.</span></span><br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana; font-weight: bold;">Diagnosa Banding</span></span><br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana;">Penyakit ini mirip dengan aspergillosis dan hanya dapat dibedakan berdasarkan pemeriksaan morfologi jamur.</span></span><br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana; font-weight: bold;">Pencegahan dan Pemberantasan</span></span><br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana;">Ayam sakit dipisah dan kandang didesinfeksi dengan formalin 2 % dan NaOH 1 % serta iodine monochloride dalam HCl 3 %.</span></span><br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana;">Pengobatan dilakukan dengan memberikan CuSO4 yang diberikan dalam air minum (1:2000) diberikan setiap minggu. Pemberian nystatin (110 mg/kg makan) dan sodium lauryl sulfate (7,8-25 mg/liter) selama 5 hari dilaporkan efektif mencegah candidiasis.</span></span><br />
<br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana;">Sumber : http://drhyudi.blogspot.com/2009/02/penyakit-bakterial-unggas.html</span></span></div>--=<(vonzho)>=--http://www.blogger.com/profile/05439934374165324016noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4456659043260923647.post-26547890785091955332011-07-06T14:41:00.001-07:002011-09-13T01:46:59.267-07:00Prosedur nekropsi unggas<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div class="MsoNormal" style="font-weight: bold; line-height: 150%;">Prosedur nekropsi / otopsi :</div><ol start="1" style="margin-top: 0cm;" type="1"><li class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">Sebelum hewan dietanasi, dipelajari terlebih dahulu diagnosis secara klinis (menurut pemeriksa sebelumnya / keterangan dari pemilik) dan dilakukan diagnosis sementara yang paling sesuai.</li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">Jika unggas masih dalam keadaan hidup, diperiksa terlebih dahulu tubuh bagian luar dan diamati gejala klinis tertentu. <span lang="SV">Diperiksa secara teliti adanya parasit eksternal pada bulu dan kulit. Diamati warna pial dan cuping telinga. Diperhatikan pula terhadap kemungkinan adanya diare, leleran dari paru, nares dan mata serta kemungkinan adanya kebengkakan dan perubahan warna daerah facial.<a name='more'></a></span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="SV">Unggas yang masih dalam kondisi hidup dapat dibunuh (eutanasi) dengan cara mematahkan leher pada persendian atlanto-occipitalis, emboli udara kedalam jantung.</span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="SV">Bangkai hendaknya dibasahi dengan air terlebih dahulu untuk menghindari bulu tidak berterbangan, karena hal tersebut dapat menyebabkan pencemaran.</span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="SV">Bangkai dibaringkan pada bagian dorsal dan dibuat suatu irisan pada kulit di bagian medial paha dan abdomen pada kedua sisi tubuh. Paha ditarik ke bagian lateral dan diteruskan irisan dengan pisau sampai persendian coxo femoralis. Irislah kulit pada bagian medial dari kaki / paha dan periksa otot dan persendian pada daerah tersebut.</span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="SV">Buat irisan melintang pada kulit daerah abdomen, lalu kulit ditarik ke bagian anterior dan irisan tersebut diteruskan ke daerah thorax sampai mandibula. Irisan pada kulit juga diteruskan ke bagian posterior di daerah abdomen.</span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="SV">Perhatikan warna, kualitas, dan derajat dehidrasi dari jaringan sub-kutan dan otot-otot dada.</span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="SV">Buat irisan pada otot di daerah brachialis (kiri dan kanan) untuk memeriksa nervus dan plexus brachialis.</span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="SV">Buat irisan melintang pada dinding peritoneum, di daerah ujung sternum (procesus xyphoideus) ke arah lateral. Di buat juga suatu irisan longitudinal di daerah abdomen melalui linea mediana ke arah posterior sampai daerah kloaka. Cara ini akan membuka cavum abdominalis.</span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="SV">Buat suatu irisan longitudinal melalui m. pectoralis pada kedua sisi sternum sepanjang persendian kostokondral semua costae mulai dari posterior ke anterior. </span>Pada bagian anterior, irisan pada kedua sisi thorax harus bertemu pada daerah rongga dada, setelah memotong tulang choracoid dan clavicula. Cara ini akan membuka rongga dada.</li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">Periksa kantung udara di daerah abdominalis dan thorakalis. Periksa juga letak berbagai organ di dalam cavum thorax dan abdominalis sesuai posisinya tanpa menyentuh organ tersebut. Jika akan mengambil sampel untuk isolasi bakteri, jamur, virus harus dilakukan secara aseptis.</li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">Perhatikan kemungkinan terhadap adanya cairan, eksudat, transudat atau darah di dalam rongga perut dan rongga dada.</li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">Saluran pencernaan dapat dikeluarkan dengan memotong oesophagus pada bagian proksimal proventrikulus. Tarik seluruh saluran pencernaan ke arah posterior dengan memotong mesenterium sampai pada daerah kloaka. Periksa bursa fabrisius terhadap abnormalitas tertentu.</li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="SV">Hepar, lien dikelurkan dan dilakukan pemeriksaan.</span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="SV">Buat irisan secara longitudinal pada proventrikulus, ventrikulus, intestinum tenue, coecum, colon dan cloaka. Periksa terhadap kemungkinan adanya lesi dan penyakit.</span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="SV">Saluran reproduksi dikeluarkan dan oviduct di iris secara longitudinal kemudian periksa ovarium yang meliputi stroma dan folikelnya.</span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="SV">Periksa ureter dan ren pada posisinya. Organ tersebut dikeluarkan untuk dilakukan pemeriksaan yang lebih lanjut.</span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="SV">Nervus dan plexus ischiadichus di periksa setelah otot abductor pada bagian medial paha dipisahkan.</span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="SV">Bangkai di balik hingga kepala menghadap operator.</span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="SV">Dibuat irisan pada sisi kiri sudut mulut, diteruskan ke pharynx, oesophagus dan ingluvies. Periksa terhadap adanya abnormalitas pada organ tersebut.</span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="ES">Periksa glandula thyroidea dan parathyroidea di daerah trachea.</span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="ES">Iris secara longitudinal melalui larynx, trachea, bronkus sampai ke pulmo. Organ tersebur dapat dikeluarkan secara bersamaan setelah pulmo diangkat dari perlekatannya. Pemeriksaan pulmo terhadap ukuran, warna, konsistensi bidang irisan dan uji apung.</span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="ES">Pemeriksaan jantung terhadap keadaan perikardium, ukuran, warna dan apek cordis. Jantung diperiksa dengan membuat irisan longitudinal melalui atrium dan ventrikel kiri dan kanan atau irisan melintang di daerah ventrikel.</span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="ES">Paruh dipotong bagian atas secara melintang di daerah dekat mata sehingga cavum nasi dan sinus infraorbitalis dapat diperiksa terhadap adanya cairan. </span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="ES">Semua persendian diperiksa dengan membuat irisan pada kulit diantara kaput dan sulkus persendian. Pemeriksaan tendo, khususnya tendo gastrocnemius dan tendo flexor digitalis.</span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="ES">Untuk memeriksa otak, kulit dan tulang leher di daerah persendian diiris sehingga foramen magnum dan medulla oblongata kelihatan. Otak dapat dikeluarkan sebagai berikut : kulit di daerah kepala dibuka, kemudian dibuat irisan dengan gunting dari foramen magnum ke arah os frontalis yang membentuk sudut 40<span style="position: relative; top: 2pt;"><img height="20" src="file:///C:/DOCUME%7E1/YUDI/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/01/clip_image002.gif" width="9" /></span> pada kedua sisi tulang tengkorak. </span>Selanjutnya dibuat irisan melintang yang menghubungkan kedua sudut mata luar. Melalui irisan tersebut tengkorak dibuka. Setelah tengkorak terbuka, meninges di iris, kemudian bulbus olfactorius, nervi cranialis dipotong sambil mengeluarkan seluruh bagian otak. Hypofisis cerebri yang masih terlekat pada tulang tengkorak dikeluarkan dengan mengiris durameter yang mengelilingi sella tursica. Sinus paranasales dan sinus lainnya diperiksa dengan membuat suatu potongan melalui garis median hidung.</li>
</ol><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><b>Prosedur Histopatologi : </b></div>Untuk pemeriksaan histopatologi, organ yang dicurigai mengalami perubahan patologi dan diduga dapat membantu dalam meneguhkan diagnosa yaitu proventrikulus, duodenum, bursa fabrisius, paru-paru, hati, ren dan otak diamati kemudian dipotong dengan ukuran sekitar 3 x 2 x 2 cm dan disimpan didalam botol yang berisi larutan formalin 10%. <span lang="SV">Usahakan untuk mengambil jaringan dari daerah yang abnormal dan normal secara bersama-sama. Tahap berikutnya adalah pemotongan organ untuk pembuatan histopat. Organ dipotong dengan ukuran 2 - 3 mm kemudian dimasukkan ke dalam petrydisck. Hasilnya diamati dibawah mikroskop terhadap perubahan yang tampak dari setiap organ. Semua perubahan patologik yang ditemukan dicatat, diagnosa sementara / post mortem dibuat disertai penanganan kasus secara cep</span></div>--=<(vonzho)>=--http://www.blogger.com/profile/05439934374165324016noreply@blogger.com0